Review Pengalaman Jalan-Jalan Naik Kereta Api Pangrango dari Stasiun Bogor Paledang

Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.

1. Suara Misterius di Masa Kecil Tahun 90-an

Waktu saya masih kecil di tahun 90-an ada suara misterius yang bikin saya penasaran.

Saya mendengar suara itu di sore hari setiap saya menginap di rumah kakek-nenek saya di Kecamatan Parungkuda Sukabumi.

Suara itu adalah suara kereta api rute Bogor-Sukabumi yang relnya berada tak jauh dari rumah kakek-nenek.

Saya bilang suara misterius nan bikin penasaran karena keluarga saya selalu pergi ke rumah kakek-nenek dari pihak ibu saya ini menggunakan bis atau mobil.

Jadi saya penasaran bagaimana rasanya naik kereta api ke arah Sukabumi. Saat itu saya bukannya belum pernah naik kereta api, keluarga saya hampir selalu naik kereta api kalau kami mudik ke rumah kakek-nenek dari pihak ayah di Pekalongan.

Lagi pula meski relnya cukup dekat rumah kakek-nenek, saya belum pernah melihat penampakan kereta tersebut lewat karena waktu lewatnya yang kurang pas. Selalunya kereta tersebut lewat saat saya lagi ada di dalam rumah.

Rasanya ingin sekali mencoba naik kereta api dari Bogor ke Sukabumi.

2. Naik KA Pangrango ke Acara Samenan

Nah, alhamdulillah, ternyata rasa penasaran saya terjawab ketika bertahun kemudian, tepatnya di Juni 2022 akhirnya saya berkesempatan naik kereta api KA Pangrango rute Bogor-Sukabumi.

Jadi saya, istri, dan anak saya ada acara samenan di sebuah madrasah di Kec. Parungkuda. Samenan adalah acara tradisi wisuda dan perpisahan kelas 6 di beberapa daerah di Jawa Barat. Di acara tersebut biasanya ada beberapa kegiatan seperti pentas seni, pawai, lomba, dan pembagian penghargaan kepada siswa-siswi.

Keberadaan saya di acara tersebut untuk meramaikan serta mendampingi ibu dan kakak saya yang sudah terlebih dahulu tiba di lokasi untuk membagikan hadiah.

Ini kesempatan emas buat naik kereta api ke arah Sukabumi!

Kereta api yang saya naiki adalah Kereta Api KA Pangrango rute Bogor Paledang-Sukabumi.

Tulisan ini adalah review perjalanan saya menggunakan KA Pangrango tersebut.

3. Apa, sih, Bedanya Stasiun Bogor dengan Stasiun Bogor Paledang?

Nah, mungkin ada beberapa pembaca tulisan ini yang bertanya-tanya, kenapa saya naik kereta api KA Pangrango dari Stasiun Bogor Paledang, kenapa bukan dari Stasiun Bogor saja?

Jadi begini, di Bogor ada 2 stasiun yang saling berdekatan dan hanya terpisah jarak 300 meter, yaitu Stasiun Bogor dan Stasiun Bogor Paledang.

Klik di sini untuk menuju Google Maps Stasiun Bogor

Klik di sini untuk menuju Google Maps Stasiun Bogor Paledang

Gambar tangkapan layar Google Maps yang memperlihatkan di Bogor ada 2 stasiun yang saling berdekatan dan hanya terpisah jarak 300 meter, yaitu Stasiun Bogor dan Stasiun Bogor Paledang.
Sumber: tangkapan foto Google Maps, Agustus 2022.

Stasiun Bogor sejauh mata memandang tampak lebih luas dan ramai serta lebih banyak pilihan kuliner dan toko oleh-oleh daripada Stasiun Paledang. Selain itu di sebelah Stasiun Bogor ada Alun-Alun Kota Bogor yang cukup menarik untuk dikunjungi.

Berbeda dengan Stasiun Bogor yang luas dan ramai, Stasiun Paledang relatif lebih sempit dan sepi.

Sebelumnya, stasiun Bogor hanya melayani penumpang yang ingin naik kereta KRL Commuterline saja dan tidak melayani kereta jarak jauh. Penumpang yang ingin naik KA Pangrango hanya bisa naik dari Stasiun Paledang Bogor.

Penumpang yang ingin menyambung perjalanan dari KRL Commuterline ke KA Pangrango mesti berjalan kaki pindah stasiun menempuh jembatan penyeberangan.

Di peta sebenarnya hanya berjarak 300 meter saja, tetapi ketika kita melakukannya dengan membawa tas atau koper serta membawa anak kecil maka perjalanan tersebut jadi terasa lebih challenging, lebih menantang.

Perpindahan dari satu stasiun ke stasiun lainnya ini menjadi masalah tersendiri.

Tapi.. itu dulu, karena sekarang ada perubahan yang menggembirakan.

Mulai 1 Juni 2022, penumpang yang ingin naik KA Pangrango bisa naik kereta tersebut dari Stasiun Bogor, yang sayangnya informasi itu baru saya peroleh setelah saya sudah terlanjur memesan tiket lewat aplikasi online.

Saya bertanya kepada petugas tiket di Stasiun Paledang apakah saya bisa naik kereta api dari Stasiun Bogor saja. Dengan harapan saya dan keluarga bisa main ke alun-alun Bogor terlebih dahulu. Petugas tiket menjawab, tidak bisa, karena di pemesanan online saya telah memilih Stasiun Paledang.

Apakah saya ingin naik dari Stasiun Bogor ataukah dari Stasiun Paledang, saya semestinya sudah memilihnya sejak awal di aplikasi online. Pilihan tersebut tidak bisa diubah ketika tiket sudah terbit.

4. Stasiun Bogor Paledang: Ada Mushola dan Toilet yang Nyaman!

Oke, inilah tampilan Stasiun Bogor Paledang:

Gambar suasana siang di Stasiun Bogor Paledang.
Suasana Stasiun Bogor Paledang.
Gambar gerbang masuk peron Stasiun Bogor Paledang.
Para penumpang bersiap-siap naik kereta.

Saat tiba di Stasiun Bogor Paledang, saya dan istri belum sholat Zuhur.

Wah, bagaimana ya, pikir saya, semoga ada tempat sholat yang nyaman…

Wow, jangan kuatir, ternyata di stasiun ini ada mushola. Kita hanya perlu berjalan kaki sekitar 10-20 meter saja menuju mushola di belakang stasiun.

Ini penampakan area musholanya:

Mushola Stasiun Bogor Paledang.
Gambar yang memperlihatkan jika jalan kaki ke arah belakang Stasiun Bogor Paledang, ada mushola.
Mushola Stasiun Bogor Paledang.
Gambar toilet pria dan wanita ada di Stasiun Bogor Paledang.

Wastafelnya bersih, demikian juga dengan tempat wudhu dan toiletnya.

Gambar toilet Stasiun Bogor Paledang.
Gambar tempat wudhu dan toilet Stasiun Bogor Paledang.

Selain tempat wudhu di dalam area toilet ada juga tempat wudhu di luarnya.

Mushola Stasiun Bogor Paledang.

Suasana musholanya seperti ini, nyaman, lho:

Gambar tempat shalat dan sajadah di mushola Stasiun Bogor Paledang.

Setelah selesai sholat dan urusan toilet, kami pun masuk ke area peron.

Kereta api KA Pangrango sebenarnya barusan sudah lewat stasiun ini akan tetapi penumpang belum diperbolehkan naik.

Kereta tersebut akan berjalan terlebih dulu ke arah Stasiun Bogor.

Kemudian dari Stasiun Bogor kereta balik lagi ke arah Stasiun Bogor Paledang untuk mengangkut penumpang.

Gambar calon penumpang menunggu KA Pangrango di Stasiun Bogor Paledang.
Gambar seorang calon penumpang KA Pangrango di Stasiun Bogor Paledang yang membawa koper.
Gambar kaos Islami anak saya yang bertulisan let's sholat. Yuk jangan lupa tunaikan sholat dan berdoa sebelum perjalanan.
Kata kaos anak saya, “let’s sholat“. Yuk jangan lupa tunaikan sholat dan berdoa sebelum perjalanan.

5. Menjawab Penasaran Masa Kecil: Naik KA Pangrango

Kereta sudah tiba, ini videonya, ada view pemandangannya dari jendelanya juga, lho:

KA Pangrango memiliki kelas Executive dan kelas Economy. Saya memilih kelas Executive.

Ini foto-foto di dalam KA Pangrango kelas Executive:

Gambar interior KA Pangrango kelas Executive.

Coba lihat foto di atas. Ini buat yang belum tahu saja ya, jadi bangku kereta api sebenarnya bisa diputar, lho.

Caranya, cari pedal di bawah bangku tersebut, kemudian diinjak dan putarlah bangku tersebut searah jarum jam.

Ingat ya, searah jarum jam, jangan sebaliknya karena tidak akan bisa jadinya.

Ini bangku saya yang sudah diputar agar saya bisa duduk berhadapan dengan istri dan anak saya.

Gambar suasana nyaman di KA Pangrango kelas Executive.
Gambar pemandangan rumah-rumah warga ada jemuran warna-warni di luar jendela KA Pangrango.
Pemandangan di luar jendela.
Gambar pemandangan rumah-rumah warga di luar jendela KA Pangrango.

Karena acaranya berlangsung di Kec. Parungkuda maka saya, istri, dan anak saya turun di Stasiun Parungkuda dengan jarak tempuh sekitar 40 km dan waktu tempuh sekitar 84 menit atau hampir satu jam setengah (berangkat dari Stasiun Bogor Paledang pukul 14:30 WIB, tiba di Stasiun Parungkuda 15:54 WIB).

Sedangkan jika saja saya turun di Stasiun Sukabumi maka saya akan menempuh jarak sekitar 65 km dalam waktu sekitar 120 menit alias 2 jam.

6. Info Penting: Ukuran Stasiun Tujuan yang Kecil, Ada Gerbong yang Tidak Kebagian Peron

Sebagaimana telah saya sampaikan, saya turun di Stasiun Parungkuda.

Nah, ada informasi penting nih, jadi stasiun-stasiun yang dilalui oleh KA Pangrango adalah stasiun yang ukurannya relatif lebih kecil kalau dibandingkan dengan stasiun-stasiun rute Jakarta-Jawa Timur.

Konsekuensi ukuran stasiun yang kecil tadi, sebagian gerbong akan tidak kebagian peron. Maka penumpang kereta perlu berjalan ke gerbong yang kebagian peron jika ingin turun di stasiun-stasiun yang ukurannya kecil tersebut.

Dengarkan saja pengumuman dari masinis atau petugas kereta, nanti mereka akan memberi tahu ke gerbong mana kita perlu berpindah.

Saat saya turun di Stasiun Parungkuda, saya berjalan beberapa gerbong ke arah tengah (tempat duduk saya ada di gerbong paling depan).

Pas turun, kami disambut hujan deras.

Wah, bagaimana ya, karena saya akan turun sambil menggendong anak saya dan kereta akan berhenti di peron yang tidak ada atapnya.

Alhamdulillah, ternyata petugas stasiun sigap membantu memayungi saya yang menggendong anak saya turun dari kereta ke area stasiun yang ada atapnya.

Demikian cerita perjalanan saya, istri, dan anak saya naik KA Pangrango. Secara umum bisa saya bilang: recommended deh!

Oh, iya, tulisan ini merupakan review yang didasari pengalaman saya di bulan Juni 2022, maka informasi yang ada di sini sangat mungkin berubah seiring berjalannya waktu. Jadi buat yang ingin naik KA Pangrango mohon mencari-cari informasi yang terbaru ya!

Apa Anda pernah naik KA Pangrango?

Iqbal – diakhir.blog

4 thoughts on “Review Pengalaman Jalan-Jalan Naik Kereta Api Pangrango dari Stasiun Bogor Paledang”

  1. Lama sekali penantian Kakak untuk naik kereta hhehe
    saya naik kereta baru awal kuliyah dari Jombang ke Surabaya.
    Dulu banyak pedagang, tapi ya begitu tidak rapi
    sekarang sudah sepi tapi rapi.
    Semakin bersih dan wangi, bahkan toilet pun rata-rata sudah bersih dan wangi

    1. Kalau kereta api jalur lain saya sudah lumayan sering, apalagi kalau KRL Commuterline. Tapi kalau kereta api rute Bogor-Sukabumi baru sekali itu untuk pertama kalinya saya naik.

      Kalau menurut saya sih nuansa perjalanannya khas, ada perbedaan yang tak terlukiskan dengan kata dengan rute Jakarta-Jawa Timur dan Jakarta-Bandung yang lumayan sering saya lalui.

  2. Anak-anak lebih tertarik dengan kereta, karena kereta itu panjang banget, dan jalannya di rel kereta yang juga panjang. Suara belnya juga unik. jika dia jalan melalui persimpangan ada palang pintu yang mempersilahkan berjalan duluan.

  3. Kalo Bandung kayanya belum ada yang ke Sukabumi, jalurnya beda soalnya kalo ga salah. Bandung bagus pemandangannya, menurut saya lebih memuaskan dari kereta api jalur Jakarta-Jawa Timur. Tapi kalo jalur Sukabumi ini terasa khas, ada yang beda rasanya, mungkin karena kenangan masa kecil saya yang kalo mudik sering dengar suara kereta ini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top