Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Sebelumnya di blog ini saya telah menulis beberapa artikel bertema bulan Ramadhan, yaitu:
(1) “Ide Resolusi Ramadhan: 7 Amalan Esensial”
(2) “4 Buku untuk Dibaca di Ramadhan Kali Ini”
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ide, yaitu “tema” Ramadhan.
Deep Talk with Allah
Sejak beberapa tahun terakhir, saya dan istri menetapkan tema Ramadhan. Tema tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan dengan mempelajari dan memperhatikan apa yang terjadi dalam hidup kami.
Sebelumnya, kami pernah menetapkan tema Ramadhan “Mindful Ramadhan“, yang bermakna kami perlu menyadari bahwa kami tengah berada di bulan Ramadhan. Kesadaran penuh.
Tahun selanjutnya, kami juga pernah menetapkan tema Ramadhan “Point of No Return“, yaitu bahwa kami perlu mengisi Ramadhan dengan rasa urgensi atau kondisi mendesak bahwa seakan itu Ramadhan terakhir kami. Dalam rasa itu, maka tidak ada peluang untuk mundur, harus maju terus dan melakukan yang terbaik.
Di tahun 2024 ini, atau di Ramadhan 1445H, seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, melihat situasi dan kondisi internal dan eksternal, dan mengevaluasi Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, kami menentukan sebuah tema yaitu “Deep Talk with Allah“, yang dapat dimaknai bahwa di Ramadhan kali ini ada urgensi untuk memperbanyak berdoa, memohon, meminta pertolongan, meminta bantuan, meminta apa saja, bermunajat, kepada Allah.
Jargon “deep talk with Allah“ kami pilih karena ada penekanan yang lebih spesifik mengenai apa yang ingin kami improve, yaitu memperbanyak berdoa kepada Allah baik dengan doa-doa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan Hadits maupun doa yang menggunakan kalimat sendiri, dari lubuk hati terdalam.
Membuat tema, resolusi, jargon, dan sebagainya bukanlah suatu keharusan. Hanya saja menyusun berbagai hal tersebut membantu saya, di tengah keterbatasan diri ini, untuk lebih fokus melakukan apa yang perlu dan dapat saya lakukan.
Beberapa Catatan untuk Ramadhan Kali Ini
Selanjutnya, saya juga ingin berbagi beberapa catatan untuk menjalani Ramadhan kali ini:
(1) Selain jargon “Deep Talk with Allah“, kami juga menetapkan tagline berupa: “Ramadhan-kan hati di mana saja”.
Tagline ini didasari hasil evaluasi kami bahwa selama beberapa tahun terakhir Ramadhan yang kami alami sungguh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Jika dahulu ketika masih single, belum menikah, sangatlah mudah bagi saya buat pergi ke masjid buat sholat tarawih dan itikaf, sehingga bagi saya Ramadhan sangat erat kaitannya dengan aktivitas di masjid tersebut. Saat itu saya merasa bahwa Ramadhan yang berkesan adalah ketika saya selalu bisa pergi ke masjid buat sholat tarawih dan itikaf.
Namun beberapa tahun terakhir saya dan istri mengalami beberapa situasi dan kondisi yang menyebabkan apa yang dahulu biasa kami lakukan menjadi tidak begitu mudah untuk dilakukan, misalnya ketika kami baru punya anak pertama yang masih bayi sehingga perlu perhatian lebih dan kami pun menjadi lelah, kemudian almarhum ayah yang sakit keras, serta tentunya pandemi yang menyebabkan saat itu aktivitas di masjid menjadi dibatasi sementara.
Hal ini menyebabkan saya tersadar bahwa ketika saya sedang kesulitan ke masjid karena suatu keadaan, misalnya ketika saya pulang kerja terkena macet dan jauh dari masjid, maka akan ada rasa kecewa atau down, ada rasa yang kurang.
Tetapi ketika kita sudah menanamkan di dalam pikiran untuk menjadikan Ramadhan di mana saja, yang mana seharusnya memang seperti itu, maka semoga dengan begitu kita akan mencari cara untuk mengisi Ramadhan di situasi dan kondisi apa pun, misalnya ketika terjebak macet maka bisa diisi dengan beristighfar, berdoa, berdzikir, dan sebagainya.
(2) Tahun lalu saya dan istri ingin menyemangati anak kami yang saat itu berusia 4 tahun untuk menjalankan puasa pertamanya, yaitu puasa ala anak-anak yang boleh buka di tengah hari lalu lanjut lagi. Kami menjanjikan membelikannya boneka jika telah berhasil puasa 15 hari. Alhamdulillah anak saya berhasil melakukannya.
Tetapi, di tahun ini kami tidak lagi melakukan hal semacam itu. Karena setelah kami evaluasi, janji semacam itu menyebabkan anak kami ingin lekas buru-buru tiba hari ke-15 Ramadhan atau hari apa pun yang dijanjikan. Yah, namanya juga anak-anak, bukan?
Nah, kami khawatir rasa ingin cepat skip ke hari ke-15 itu dapat menyebabkan anak kami kurang menikmati hari demi hari Ramadhannya, padahal kami inginnya, sih, Ramadhan dijalani dengan penuh suka cita di setiap harinya.
Maka di Ramadhan kali ini, jika ingin memberikan hadiah maka tidak perlu menyebutkan di awal. Malah kami telah membelikan boneka sebelum Ramadhan dan bilang begini, “Nanti kamu sahur sambil main boneka ini ya” dan dia pun jadi tampak antusias.
(3) Ketika berbuka puasa, rasa-rasanya saya ingin menghabiskan banyak sekali makanan. Nah, di tahun ini saya akan mencoba untuk tetap terkendali, karena menjaga pola makan ini juga untuk ikhtiar menjaga kesehatan juga, ya.
Demikian beberapa catatan menyambut Ramadhan 1445H/2024 ini, semoga kita bisa menjalaninya dengan lebih baik dari yang selama ini pernah kita lakukan.
Apa Pembaca punya tema, resolusi, jargon, tagline, atau catatan Ramadhan kali ini?
Iqbal – diakhir.blog
Featured Image: Pexels.com / PNW Production
Leave a Reply