Review Perbedaan WordPress COM dan WordPress ORG Berdasarkan Pengalaman Pribadi

2 cangkir kopi nikmat mengikat inspirasi diakhir.blog

Informasi atau pengetahuan esensial bagi yang ingin membuat toko online, blog pribadi, atau website bisnis menggunakan WordPress.

Mengulas tuntas (1) Perbedaan WordPress.com dan WordPress.org (2) Review WordPress.com BUSINESS plan (3) Kinerja WordPress.com PREMIUM plan (uptime, load impact, dan kecepatan).

Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.

Tidak semua informasi yang dijumpai di dunia maya valid atau akurat.

Termasuk informasi perbedaan WordPress.com dan WordPress.org.

Sehingga akan menyulitkan para pemula untuk memilih platform mana yang cocok ketika ingin membuat toko online, blog pribadi, atau website untuk usaha mereka.

Berkaca dari perkenalan pertama saya baik dengan WordPress.com maupun WordPress.org, menurut saya ada informasi atau pengetahuan paling esensial yang perlu diketahui seputar WordPress.com maupun WordPress.org oleh orang yang baru pertama kali berinteraksi dengan salah satu atau keduanya.

Nah, dalam kesempatan kali ini saya sebagai pengguna WordPress.com yang pernah menggunakan BUSINESS plan-nya dan sekarang menggunakan PREMIUM plan akan mengungkap hal-hal esensial tersebut.

Hal yang akan saya angkat dalam tulisan ini antara lain perbedaan WordPress.com dan WordPress.org, kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta mana yang cocok untuk dipilih.

Setelah itu, saya akan mengulas review WordPress.com BUSINESS plan yang mana saya pernah menggunakannya.

Saya menganggap informasi tersebut esensial atau penting karena WordPress.com BUSINESS plan ini memiliki kemiripan dengan WordPress.org sehingga bisa menjadi alternatif bagi mereka yang menyukai fitur-fitur di WordPress.org.

Terakhir, saya akan memperlihatkan hasil pengujian kinerja WordPress.com PREMIUM plan (paket atau plan yang berada 1 tingkat di bawah BUSINESS plan) berupa uptime, load impact, dan kecepatan.

Tulisan ini pertama kali saya buat pada tahun 2021, jadi sangat mungkin sekarang ini sudah ada perubahan-perubahan sebelum saya sempat mengupdatenya.

Oleh karena itu Anda bisa mengunjungi website-website atau tautan-tautan yang saya sebutkan di artikel ini untuk memperoleh informasi terbaru.

Anda juga bisa bertanya dengan menulis komentar, saya akan mencoba menjawab yang saya ketahui.

1. Apa Itu WordPress?

WordPress adalah salah satu free & open source content management system (CMS).

CMS adalah software yang berfungsi untuk mengelola konten, baik itu menulis, menyimpan, maupun menyajikan konten tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan free open source artinya pada prinsipnya setiap orang bisa mengakses dan menggunakan WordPress tanpa biaya serta bisa mengotak-atik isi di dalamnya selama memenuhi ketentuan General Public License, yang memberi 4 kebebasan:

  1. Menggunakannya untuk berbagai tujuan.
  2. Mempelajari bagaimana ia bekerja dan mengubahnya untuk melakukan apa yang Anda inginkan.
  3. Menyebarkannya.
  4. Menyebarkan hasil modifikasi Anda kepada orang lain.

Sejarah WordPress bermula di tahun 2003 ketika Mike Little dan Matt Mullenweg memutuskan melakukan fork (istilah di bidang software engineering untuk kegiatan “mengopi/menyalin source code suatu software untuk menciptakan software baru yang berbeda”) pada software B2/Cafelog.

Hal itu mereka lakukan karena pada saat itu pengembangan B2/Cafelog mengalami kebuntuan dan diwarnai kisah dramatis.

Inisiatif kedua orang tersebut memperoleh respons positif dari para developer sehingga bergabunglah para kontributor dari berbagai negara untuk bersama-sama membangun WordPress.

Pada saat tulisan ini saya buat (2021) WordPress telah berusia 18 tahun. Di tahun 2023 ini, WordPress akan berusia 20 tahun.

Kini WordPress menjadi CMS yang paling banyak di gunakan.

Selain WordPress, masih ada platform lainnya untuk membuat blog maupun website yaitu Blogger, Silvrback, Ghost, Weebly, Posthaven, Svbtle, dan lain-lain.

Dalam artikel ini saya akan berfokus pada WordPress.

Sedangkan yang lainnya mungkin kapan-kapan akan saya ulas juga.

2. Apa Itu WordPress COM?

WordPress.com adalah ekosistem WordPress yang disediakan atau dikelola oleh Automattic, perusahan yang didirikan oleh Matt Mullenweg.

Jadi begini, WordPress itu kan sebenarnya free, setiap orang bebas menggunakannya tanpa dipungut biaya apa-apa.

Hanya saja WordPress itu sendiri sebenarnya hanyalah engine atau mesin yang tidak akan berfungsi seperti yang diharapkan jika tidak ada tempat bernaungnya atau inang, peladen, atau yang disebut dengan server.

Nah, WordPress.com itu adalah ekosistem di mana mesin WordPress di-host atau ditampung oleh server milik Automattic, yang berfungsi untuk memberi akses kepada semua orang yang ingin menggunakan WordPress tetapi memiliki keterbatasan kemampuan teknis, waktu, dan energi untuk mengelola server dan memelihara mesin WordPress itu sendiri.

Untuk memahami seperti apa ekosistem WordPress.com, mari kita lihat ilustrasi berikut:

Gambar Bandai Soul of Chogokin (SOC) The King of Braves GaoGaiGar digunakan sebagai ilustrasi bahwa WordPress.com dapat dianalogikan sebagai sebuah rumah yang boleh digunakan secara gratis yang di dalamnya sudah dipasang mesin WordPress.

Pada gambar di atas, WordPress.com dianalogikan sebagai sebuah rumah yang boleh digunakan secara gratis yang di dalamnya sudah dipasang mesin WordPress.

Mesin yang terpasang di rumah tersebut hanya boleh WordPress saja tidak bisa diganti dengan mesin lainnya.

WordPress sudah terpasang secara permanen.

Di dalam rumah tesebut sudah disediakan perabot dasar yang sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar membuat blog atau website.

Pengguna rumah tersebut tidak diperkenankan membawa barang-barang perlengkapan tambahan, pokoknya silakan gunakan saja apa yang telah disediakan.

Jika ingin menambah perabot, maka mesti membayar biaya tambahan alias melakukan upgrade.

Jika Anda ingin tetap menempati rumah tersebut secara gratis Anda harus menerima apa adanya dari isi rumah tersebut.

Gambar perbandingan harga paket WordPress.com, semakin ke kanan semakin mahal, sekaligus semakin memberikan fasilitas dan fleksibilitas.

Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, yaitu perbandingan harga paket WordPress.com, semakin ke kanan semakin mahal, sekaligus semakin memberikan fasilitas dan fleksibilitas.

Para pengguna WordPress.com bisa langsung mendaftar dan membuat tulisan, berjualan, dan melakukan berbagai hal, secara gratis, tidak dipungut biaya apa-apa.

Akan tetapi, dengan beberapa keterbatasan, misalnya tidak bisa menginstal plugin (analogi perabot tambahan).

Untuk menunjang kebutuhan dasar blogging dan membuat website, Automattic telah menginstal all in one plugin bernama Jetpack ke dalam WordPress.com.

Inilah perabot bawaan yang boleh langsung digunakan tetapi juga tidak bisa dipindahkan atau dikeluarkan dari rumah.

Keterbatasan lainnya yaitu tidak bisa menginstal theme atau template selain dari apa yang telah disediakan di dalam ekosistem WordPress.com.

Serta adanya peraturan yang lebih ketat ketimbang di WordPress hosting sendiri (self-hosted)/WordPress.org yang nanti akan diuraikan di bagian setelah ini.

Kelebihan WordPress.com:

(1) Gratis tis tis..

(2) Keamanan yang terjamin, silakan baca di sini.

(3) Uptime yang terjamin, yang bisa dipantau di sini.

(4) Diletakkan di data center terbaik milik Automattic, yang bisa dilihat di sini.

(5) Tidak perlu memikirkan update manual, semua akan diupdate secara otomatis oleh Automattic.

(6) Kegagalan sistem adalah hal yang selalu dapat terjadi pada produk buatan manusia, sebagaimana tidak ada produk buatan manusia yang sempurna.

Hanya saja mitigasi yang dilakukan oleh tim engineer pengelola WordPress.com memperkecil kemungkinan tersebut.

Berbagai batasan yang ditetapkan di WordPress.com salah satunya untuk mengurangi risiko tersebut.

(7) Dikelola oleh orang-orang yang berada di balik WordPress, sehingga tentunya mereka sangat memahami apa yang harus dilakukan agar WordPress bisa tampil mumpuni dan tampan.

(8) Bagi yang menaruh perhatian pada status green sebuah bisnis, maka WordPress.com termasuk layanan yang memperhatikan aspek green atau kelestarian lingkungan.

Kekurangan WordPress.com:

(1) Tidak bisa menginstal plugin di paket FREE, PERSONAL, dan PREMIUM.

Semua kebutuhan operasional di ketiga paket tersebut mengandalkan plugin Jetpack yang terinstal otomatis.

Plugin bebas baru bisa diinstal di paket BUSINESS ke atas.

(2) Tidak bisa menginstal theme di luar apa yang telah disediakan di paket FREE, PERSONAL, dan PREMIUM.

Theme bebas baru bisa diinstal di paket BUSINESS ke atas.

(3) Paket gratisnya (FREE) membawa nama WordPress.com di belakangnya, misal kucingkucingyanglucu .wordpress.com.

(4) Permalinknya mungkin tidak semua orang akan merasa cocok dengannya, yaitu ada tahun, bulan, dan tanggalnya, contohnya: diakhir.blog /2021/05/31/ mengapa-blog-ini-ada/

Ini tidak bisa diubah kecuali di paket BUSINESS ke atas.

(5) Tidak boleh memasang iklan Adsense maupun program iklan lainnya.

Akan tetapi disediakan program iklan milik WordPress.com yaitu WordAds.

Untuk memasang WordAds, pemilik akun WordPress.com bisa mengajukan aplikasi pendaftaran atau bisa juga dengan cara mengupgrade ke paket PREMIUM ke atas.

(6) Untuk bisa memakai domain sendiri (misalnya diakhir.blog) serta memperoleh fleksibilitas dan kapasitas yang lebih besar perlu mengupgrade (artinya mesti bayar).

(7) Pilihan metode pembayaran yang cukup terbatas, yaitu kartu kredit, PayPal, dan bank lokal untuk negara tertentu.

Saat tulisan ini saya buat, pengguna dari Indonesia tidak bisa melakukan pembayaran upgrade dengan menggunakan PayPal.

Bagi yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang apa yang terjadi di dalam eksosistem WordPress.com bisa menyimak video berjudul David Newman – A Tale of 2 Systems (silakan klik judul tersebut).

Deskripsi video yang dibuat tahun 2017 ini cukup menjelaskan keseruan pembahasannya:

Give an overview of the infrastructure of WordPress.com, the largest WordPress multi-site installation to date with over a billion database tables.

Detailing how we scale each component from DB sharding, request caching, images, etc., as well as some focus on code deployment and DDoS mitigation.

With the second half of the talk covering our container-based single instance WordPress hosting platform for VIP Clients.

3. Apa Itu WordPress ORG atau Self-Hosted WordPress?

Bagi orang-orang yang ingin memperoleh fleksibilitas yang lebih besar, mereka bisa mencari rumah sendiri untuk mesin WordPress.

Rumah tersebut disebut sebagai layanan web hosting sedangkan mesin WordPress yang digunakan disebut sebagai self-hosted WordPress atau WordPress.org.

Dahulu, orang yang ingin menggunakan WordPress perlu mendownload software tersebut dari website WordPress.org. Kemudian mereka menginstalnya di komputer dan membuatnya online, atau bisa juga memindahkannya ke web hosting.

Sekarang mayoritas web hosting, jika tidak semuanya, telah menyediakan fitur instal WordPress yang lebih mudah, tinggal klik beberapa kali saja setiap orang bisa memiliki blog atau website WordPress.

WordPress tipe ini disebut self-hosted WordPress, atau WordPress yang diinstal di server pilihan sendiri, baik di server milik sendiri (bahkan bisa di rumah!) maupun menyewa layanan web hosting.

Ekosistem WordPress.org atau self-hosted WordPress seperti rumah yang disewa untuk menempatkan mesin WordPress sebagaimana ilustrasi berikut:

Gambar Bandai Soul of Chogokin (SOC) The King of Braves GaoGaiGar digunakan sebagai ilustrasi bahwa ekosistem WordPress.org atau Self-hosted WordPress adalah seperti rumah yang disewa untuk menempatkan mesin WordPress.

Penyewa rumah tersebut boleh membawa perlengkapan dari luar, boleh bawa hewan peliharaan, boleh parkir kendaraan, dan sebagainya, selama masih di dalam batas yang ditetapkan oleh pemilik rumah yang asli.

Batasan dimaksud antara lain CPU, RAM, IO, inodes, dan lain-lain yang akan kita diskusikan di tulisan yang lain.

Oh, iya, penyewa rumah boleh menaruh mesin lain selain WordPress. Dia bisa menaruh mesin Joomla, Drupal, dan banyak lagi.

Dia juga bisa membuat dan memasang mesin buatan sendiri.

Oleh karena itu bisa dibilang, meski tetap ada batasan namun secara umum masih lebih fleksibel ketimbang di ekosistem WordPress.com.

Kelebihan WordPress.org (Self-Hosted WordPress):

(1) Bebas menginstal plugin.

(2) Bebas menginstal theme.

Pilihan themenya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan di WordPress.com paket PREMIUM ke bawah.

(3) Bisa menggunakan nama domain sendiri (misal diakhir.blog atau diakhir.com).

(4) Harga sewa web hosting relatif terjangkau.

Mulai dari 10 ribu rupiah per bulan juga ada.

Kekurangan WordPress.org (Self-Hosted WordPress):

(1) Berbeda dengan di ekosistem WordPress.com yang mana keamanan diperoleh dengan menjaga ID dan password saja, keamanan di ekosistem WordPress.org dipengaruhi tindakan penyewa web hosting, antara lain mesti rutin mengupdate mesin WordPress, plugin, dan themenya.

(2) Uptime sangat bergantung ketangguhan layanan web hosting yang dipilih.

(3) Ada kemungkinan kegagalan sistem jika salah menginstal atau mengupdate.

Tetapi hal ini bisa ditanggulangi dengan melakukan backup rutin.

(4) Memerlukan kemampuan teknis untuk bisa menghasilkan website atau blog yang berjalan dengan tampan, seperti cara mengatur setting pada plugin untuk cache (seperti Litespeed Cache atau WP Super Cache) atau cara mengaktifkan gzip compression misalnya.

Tetapi pada umumnya ada tutorialnya yang bisa dicari di Google.

4. Pilih WordPress.com atau WordPress.org?

Nah, ini benar-benar bergantung pada kebutuhan dan personal taste masing-masing orang.

Jadi begini, terkadang ada anggapan seperti ini: WordPress.com untuk pemula, WordPress.org untuk tingkat yang lebih mahir.

Saya pikir anggapan ini ada benarnya, tetapi tidak sepenuhnya benar, saya lebih memilih membaginya seperti ini:

WordPress.com untuk orang yang mengutamakan kenyamanan ketimbang fleksibilitas. Buat penulis yang hanya perlu menulis, saya pikir WordPress.com sudah cukup mumpuni.

Sedangkan

WordPress.org untuk orang yang mengutamakan fleksibilitas ketimbang kenyamanan. Buat yang ingin mengeksplorasi berbagai fitur WordPress maka WordPress.org adalah pilihan yang tepat.

Contoh kenyamanan vs fleksibilitas tadi bisa dilihat misalnya di artikel berikut: troyhunt.com/ its-a-new-blog/, yang mengungkap kisah Troy Hunt memutuskan blogging platform yang digunakan oleh dia dan istrinya.

Troy Hunt ini seorang Microsoft Regional Director and MVP dan pakar IT yang menciptakan website https://haveibeenpwned.com/, sebuah website untuk mencari tahu apakah akun email seseorang telah menjadi korban pembobolan data.

Di artikel tersebut dia mengungkap bahwa dia memilih sebuah layanan blogging platform bernama Ghost.

Sebagai seorang pakar IT yang bisa berbuat banyak hal, ternyata dia lebih memilih menggunakan Ghost Pro yaitu layanan Ghost yang dikelola oleh pihak pengembang (developer) Ghost.

Sehingga dia bisa fokus menulis tanpa harus memikirkan hal-hal teknis, sekalipun dia sudah jago.

Sekalipun dia kemungkinan besar malah bisa bikin CMS (content management system) sendiri.

Jangan lupa, dia seorang pakar.

John Mueller (Search Advocate di Google) pun pernah bilang di akun Twitternya:

“Apa yang saya rekomendasikan untuk UKM/small business adalah:

jangan self-host,

hindari plugin,

beli domain,

gunakan platform yang sederhana dan bisa diandalkan,

gunakan 2-factor authentication,

miliki 2 orang atau lebih di dalam tim yang bisa memperbarui konten website,

dapatkan bantuan dari SEO lokal.”

(“What I recommend to small businesses is:

never self-host,

avoid plugins,

buy your domain name,

use a simple & reliable platform,

use 2-factor authentication,

have 2+ people internally who can update your site’s content,

get local SEO help.”)

Alasannya agar pelaku small business bisa lebih fokus pada konten website atau blognya ketimbang mengurusi masalah teknis.

Tentunya ini bergantung pada goal atau tujuan dari website atau blog yang Anda bangun.

Misalnya, saat ini saya mengelola website sekolah berupa landing page ke halaman formulir pendaftaran.

Web tersebut menggunakan self-hosted WordPress di layanan web hosting lokal.

Pemilik sekolah tidak berekspektasi websitenya muncul no 1 di halaman pencarian Google karena hanya sekadar brosur online buat warga setempat yang ingin tahu tentang sekolah miliknya.

Maka update dan maintenance website tersebut menjadi jauh lebih mudah buat saya.

Apa yang cocok buat seseorang belum tentu cocok buat orang lain, bukan?

Intinya, Anda yang lebih mengetahui kebutuhan dan preferensi Anda.

5. Review WordPress.com BUSINESS

Seperti saya bilang di pengantar review ini, WordPress.com BUSINESS memiliki kemiripan dengan WordPress.org atau self-hosted, di mana pada paket ini pengguna bisa menginstal theme dan plugin secara hampir bebas.

Hampir bebas? Apa maksudnya?

Silakan baca sampai selesai, saya akan mengungkap bahwa “hampir bebas” itu sendiri sebenarnya bukan masalah.

Bulan Desember 2019 silam saya menghadiri pertemuan WordPress Jakarta Meetup #20.

Di sana saya bertemu dengan Niels Lange, seorang Happiness Engineer (sebutan untuk pegawai Automattic) dan ngobrol sebentar.

Saya bertanya kenapa ya saya tidak bisa menginstal default theme WordPress untuk tahun 2020 bernama “Twenty Twenty” di WordPress.com padahal theme itu sudah dirilis di WordPress.org. Saya pengguna WordPress.com paket PREMIUM.

Niels bilang dia akan mengeceknya dan meminta email saya untuk follow up.

Beberapa hari kemudian, Niels mengirim email ke saya.

Memberitahu bahwa semestinya saya bisa menggunakan theme Twenty Twenty, namun karena alasan yang masih belum diketahui, saya belum bisa menggunakannya di akun WordPress PREMIUM saya.

Sehingga Niels secara sama sekali tak terduga, mengupgrade akun saya menjadi paket BUSINESS selama 2 tahun, tanpa tambahan biaya, karena di paket tersebut Twenty Twenty telah tersedia.

Memperoleh respons tersebut hati saya berbunga-bunga, sekaligus terkejut.

Betapa tidak, saya bisa menggunakan WordPress paket BUSINESS senilai 3 juta setahun.

Wow, sekali lagi wow!

Seperti mendapat durian runtuh, seperti mendapat.. yah, uang 3 juta rupiah!

Eh, sebenarnya malah saya seakan mendapat 6 juta rupiah, karena saya dikasih upgrade ke BUSINESS-nya selama 2 tahun!

Secara ringkas yang saya ingin katakan tentang WordPress BUSINESS adalah paket ini adalah salah satu paket WordPress terbaik yang pernah ada untuk kelas bisnis kecil dan menengah.

Untuk bisnis besar masih ada paket VIP yang harganya bahkan tidak dimuat di websitenya.

Bisa kebayang dong mahalnya sampai enggak ditulis harganya.

Di WordPress BUSINESS plan kita memperoleh berbagai kelebihan di WordPress.com ditambah dengan fleksibilitas yaitu diperbolehkan menginstal plugin dan theme dari luar.

Tetapi tetap ada beberapa plugin yang dilarang untuk diinstal karena akan mengganggu kestabilan dan keamanan sistem.

Hal yang menurut saya lumrah atau wajar.

Sekilas ini tampak seperti keterbatasan, memang, tapi keterbatasan yang wajar.

Sebab, sebagian layanan web hosting yang ada di dunia ini pun juga membatasi penggunaan plugin tertentu untuk menjaga keamanan dan kestabilan server mereka.

Malah ada juga kok yang secara eksplisit menyebut larangan menginstal Jetpack, yang bukan hanya merupakan salah satu plugin WordPress paling populer di dunia melainkan juga dibuat oleh orang-orang yang termasuk paling memahami WordPress.

Informasi semacam ini yang terkadang tidak tersampaikan dengan baik.

Menggunakan WordPress self-hosted bukan berarti bisa menginstal sebebas-bebasnya plugin yang ada.

Bahkan plugin yang populer sekalipun ternyata bisa bikin website atau blog WordPress kita ditangguhkan atau dihentikan sementara (suspended) karena memakan sumber daya (resources) yang besar buat menjalankannya.

Ada beberapa hal yang berbeda di WordPress.com BUSINESS plan jika dibandingkan dengan paket-paket di bawahnya (FREE, PERSONAL, dan PREMIUM).

Jika kita menguji website atau blog kita dengan webpagetest.org, maka tiga paket terbawah (FREE, PERSONAL, dan PREMIUM) akan mendeteksi bahwa website atau blog kita menggunakan content delivery network (CDN).

Sedangkan untuk BUSINESS plan, tidak terdeteksi menggunakan CDN, kecuali jika mengaktifkan setting tertentu di Jetpack.

Di paket BUSINESS ini ada satu hal yang paling saya sukai, yaitu fitur backup otomatis per tindakan.

Fitur tersebut memungkinkan kita bisa rewind atau kembali ke momen sebelum melakukan suatu tindakan kapan saja kita mau selama masih di dalam jarak waktu yang ditetapkan.

Misalnya, 5 menit yang lalu saya baru saja menginstal plugin. Saat ini saya bisa kembali ke posisi sebelum menginstal plugin tersebut.

Harga yang relatif mahal (catatan: mahal menurut saya) di WordPress.com BUSINESS plan ini menurut saya sebanding dengan apa yang diperoleh.

Tetapi, meski saya puas dengan paket tersebut saya memutuskan untuk menghentikannya setelah menggunakannya selama satu tahun.

Saya meminta downgrade dan dikabulkan.

But why?

Bukankah tadi saya bilang paket ini keren dan istimewa?

Jawabannya adalah seperti yang saya ungkap di bagian keempat tulisan ini, ada orang-orang yang mengutamakan kenyamanan, ada orang-orang yang mengutamakan fleksibilitas.

Bisa dibilang WordPress.com BUSINESS plan memberikan kombinasi yang pas pada kenyamanan dan fleksibilitas.

Akan tetapi.. fleksibilitas yang diberikan kepada saya rasanya terlalu besar untuk saya.

Jadi begini, bukannya fokus menulis, saya malah asyik mencoba berbagai theme dan plugin serta bereksperimen pada setting yang disediakan.

Bagaimana kalau pilihan ini saya klik, bagaimana kalau pilihan itu dinonaktifkan, dan sebagainya.

Setting AMP pun ada beberapa hal yang perlu saya pelajari. Sedangkan di paket yang lebih rendah (FREE, PERSONAL, dan PREMIUM), untuk setting AMP hanya tinggal geser 1 slider aja.

Kalau seorang penggemar kopi dikasih segelas kopi, dia akan meminum segelas kopi itu saja.

Tetapi kalau dia disodori beberapa gelas kopi yang dibuat dari beragam pilihan biji kopi, mungkin dia ingin mencicipi semuanya.

Bukankah begitu?

Maka sama seperti yang disampaikan Troy Hunt di atas, adakalanya seseorang hanya ingin menulis, tanpa diganggu keinginan mengeksplorasi berbagai pilihan yang ada.

WordPress.com BUSINESS plan ini terlalu canggih buat saya sehingga bikin saya penasaran untuk mengeksplorasi lebih dalam sampai lupa menulis.

Nah, ada satu poin penting di sini yang perlu diketahui segenap pembaca blog ini.

Saat saya meminta downgrade dari BUSINESS plan kembali ke PREMIUM, pihak Happiness Engineer memberitahu saya bahwa kondisi blog saya akan kembali seperti sebelum upgrade.

Sehingga saya mesti membackup blog saya terlebih dahulu.

Saya pun melakukan backup.

Kemudian downgrade dilaksanakan, dan benar, ternyata kondisi blog saya kembali seperti sebelum diupgrade, artinya tulisan yang dibuat setelah upgrade pun hilang.

Maka di sinilah peran backup tadi, untuk memunculkan tulisan-tulisan yang hilang.

Informasi ini penting sekali disampaikan agar jangan sampai ketika sudah downgrade ternyata semua tulisan yang dibuat menjadi lenyap.

6. Kinerja WordPress.com PREMIUM Plan: Uptime, Load Impact, Kecepatan

Automattic adalah perusahaan yang isinya orang-orang yang mestinya termasuk orang-orang yang paling memahami WordPress.

Maka menjadi logis jika saya berekspektasi atau berharap adonan atau racikan yang mereka rancang adalah termasuk yang the best, terbaik di industri.

Tetapi mari kita buktikan dengan beberapa pengujian.

Paket atau plan yang saya gunakan untuk pengujian ini adalah paket PREMIUM, sedangkan blog yang diuji adalah blog ini sendiri, yaitu diakhir.blog.

Khusus pengujian ini saya menggunakan Twenty Twenty One theme, salah satu theme paling ringan.

Alasan pemilihan theme paling ringan ialah sebagai gambaran bahwa jika dengan theme paling ringan saja hasilnya kurang memuaskan apalagi kalau pakai theme yang lebih berat.

(1) Uptime

Uptime menunjukkan total waktu website atau blog Anda online atau dapat diakses, biasanya menggunakan satuan persen dalam jangka waktu tertentu, biasanya per bulan.

Idealnya sebuah website atau blog memiliki uptime 100 persen, artinya setiap detik selalu online tanpa pernah offline (tidak bisa diakses) sedetik pun.

Dengan kata lain kapan pun pengunjung mencoba mengakses website atau blog tersebut maka mereka pasti selalu berhasil selama tidak ada masalah pada jaringan internet mereka.

Akan tetapi realitanya uptime 99,9 persen sudah termasuk pencapaian yang baik, itulah sebabnya kebanyakan layanan web hosting hanya berani menjanjikan jaminan uptime 99,9 persen, ada juga yang menyebut 99 persen saja tanpa angka di belakang koma.

Kita bisa melihat uptime blog yang dihost di WordPress.com dengan melihat di halaman “status” Automattic sebagaimana saya sebut di atas saat mengulas kelebihan WordPress.com.

Akan tetapi kita juga bisa menggunakan tool pengukur uptime pihak ketiga.

Contoh yang saya gunakan adalah UptimeRobot.

Saya menggunakan UptimeRobot versi free alias gratisan yang mana hanya mengukur uptime tiap 5 menit sekali.

Dengan menggunakan UptimeRobot versi gratisan, blog saya belum pernah dilaporkan mengalami down lebih dari 5 menit satu kali pun sejak saya mengukur uptime blog ini pertama kali.

Ini prestasi yang sangat bagus, meski pada dasarnya kita tidak bisa berharap kesempurnaan uptime 100 persen terjadi sepanjang waktu.

Sebab banyak hal dapat terjadi, bahkan di bulan Maret tahun 2021 lalu terjadi kebakaran hebat yang menimpa salah satu data center milik OVH, salah satu perusahaan terkemuka di bidang data center dan perhostingan.

Nah, secara umum dalam kondisi normal bisa dibilang WordPress.com ini sangat jarang down.

Bisa dibilang default uptimenya 100 persen.

(2) Load Impact

Load impact menguji kinerja sebuah website atau blog dengan menghadirkan sejumlah pengunjung virtual.

Tool yang saya gunakan ialah k6.io versi gratis.

Di versi gratis kita bisa menguji dengan maksimal 50 pengguna virtual (virtual user) selama maksimal 12 menit.

Jadi begini, ketika sebuah halaman website atau blog diakses seorang pengunjung, maka website atau blog tersebut akan mengonsumsi resource atau sumber daya dari server tempat website atau blog tersebut berada.

Semakin banyak pengunjungnya, semakin banyak resource yang digunakan.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tangguh server website atau blog tersebut dalam menghadapi sejumlah pengunjung.

Di pengujian ini saya menggunakan setting: 50 Virtual Users + 12 menit + 4 jenis tes yang berbeda: Load, Soak, Spike, Stress.

Saya mengujinya pada salah satu halaman di blog saya yang merupakan artikel berjudul “Tagihan Internet 55 Ribu Yen” yang terdiri dari 1 gambar besar (featured image) dan tulisan.

Hasil Pengujian Load Impact dengan Mode: Load

Gambar tangkapan layar hasil tes load impact dengan mode: load yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 20.891 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 384 milidetik.

Hasil tes load impact dengan mode: load yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 20.891 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 384 milidetik.

Hasil Pengujian Load Impact dengan Mode: Soak

Gambar tangkapan layar hasil tes load impact dengan mode: soak yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 23.296 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 394 milidetik.

Hasil tes load impact dengan mode: soak yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 23.296 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 394 milidetik.

Hasil Pengujian Load impact dengan Mode: Spike

Gambar tangkapan layar hasil tes load impact dengan mode: spike yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 17.006 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 410 milidetik.

Hasil tes load impact dengan mode: spike yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 17.006 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 410 milidetik.

Hasil Pengujian Load Impact dengan Mode: Stress

Gambar tangkapan layar hasil tes load impact dengan mode: stress yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 15.372 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 408 milidetik.

Hasil tes load impact dengan mode: stress yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 15.372 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 408 milidetik.

(3) Speed

Untuk mengukur kecepatan (speed) saya menggunakan PageSpeed Insight, GTmetrix, dan WebPageTest.

Hasil Pengujian PageSpeed Insight

Gambar tangkapan layar hasil pengujian PageSpeed Insight memperlihatkan skor hijau 94 untuk mobile dan 97 untuk desktop.
Gambar tangkapan layar Pagespeed Insight sebenarnya saya tidak terlalu berharap dapat skor sempurna untuk pengujian ini dikarenakan sulitnya memperoleh skor yang sempurna -- 100 untuk mobile maupun desktop -- atau setidaknya di atas 90. Namun demikian halaman yang saya uji tersebut memperoleh skor yang bagus.

Hasil pengujian PageSpeed Insight memperlihatkan skor hijau 94 untuk mobile dan 97 untuk desktop.

Sebenarnya saya tidak terlalu berharap dapat skor sempurna untuk pengujian ini dikarenakan sulitnya memperoleh skor yang sempurna — 100 untuk mobile maupun desktop — atau setidaknya di atas 90.

Namun demikian halaman yang saya uji tersebut memperoleh skor yang bagus.

Hasil Pengujian GTmetrix

Saya memilih Hong Kong, China sebagai lokasi server uji.

Alasannya lokasi tersebut adalah yang paling dekat dengan Indonesia jika dibandingkan dengan pilihan-pilihan lainnya pada GTmetrix versi gratis.

Pilihan lainnya misalnya Mumbai, India dan Sydney, Australia.

Gambar tangkapan layar hasil tes GTmetrix memperlihatkan skor A dengan rincian Performance 99%, Structure 94%, Largest Contentful Paint (LCP) 741 milidetik, Total Blocking Time (TBT) 18 milidetik, dan CLS 0. Hasil yang bagus.

Hasil tes memperlihatkan skor A dengan rincian Performance 99%, Structure 94%, Largest Contentful Paint (LCP) 741 milidetik, Total Blocking Time (TBT) 18 milidetik, dan CLS 0.

Hasil yang bagus.

Hasil Pengujian WebPageTest

Saya memilih server uji di Jakarta.

Hasil pengujian WebPageTest memperlihatkan skor E untuk Security Score.

Tidak masalah, sebab website Google.com pun memperoleh skor D.

Gambar tangkapan layar hasil pengujian WebPageTest memperlihatkan skor E untuk Security Score. Sedangkan First Byte Time, Keep-alive Enabled, Compress Transfer, Compress Image, dan Cache Static Content kesemuanya memperoleh skor A. Blog saya terdeteksi menggunakan CDN.

Sedangkan First Byte Time, Keep-alive Enabled, Compress Transfer, Compress Image, dan Cache Static Content kesemuanya memperoleh skor A.

Blog saya terdeteksi menggunakan CDN.

Gambar tangkapan layar hasil pengujian WebPageTest memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk memunculkan halaman tersebut jika dibuka dari Jakarta adalah 2,913 detik, dibulatkan saja menjadi 3 detik. Memang masih di atas target 2 detik, tetapi tidak akan terlalu dirasakan perbedaannya secara nyata, yakni saat orang membuka halaman tersebut.

Waktu yang diperlukan untuk memunculkan halaman tersebut jika dibuka dari Jakarta adalah 2,913 detik, dibulatkan saja menjadi 3 detik.

Memang masih di atas target 2 detik, tetapi tidak akan terlalu dirasakan perbedaannya secara nyata, yakni saat orang membuka halaman tersebut.

Jika disimpulkan, bisa dibilang hasil pengujian pada paket PREMIUM plan ini menunjukkan hasil yang bisa dibilang baik.

Baiklah, saya sudahi tulisan yang mengulas perbedaan WordPress.com dan WordPress.org, kelebihan serta kekurangan masing-masing, pengalaman menggunakan WordPress.com paket BUSINESS, dan hasil pengujian WordPress.com paket PREMIUM.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan enak dibaca.

Anda pilih WordPress.com atau WordPress.org?

Iqbal – diakhir.blog

Featured Image: iStock.com / Yulia Lisitsa (Standard License)

Update 2024: diakhir.blog kini menggunakan Awan Data paket WordPress Hosting.

4 thoughts on “Review Perbedaan WordPress COM dan WordPress ORG Berdasarkan Pengalaman Pribadi”

  1. WordPress com = buat yang ada duit
    wordpress org = buat yang gak ada duit tapi mau belajar 3 hari

    Untuk tahun 2021 ini, masalah kecepatan, dengan perbandingan biaya yang sama, wordpress org tetap bisa bersaing. apalagi jaringan indonesia sudah mulai bagus (palapa). trus ambil yang hosting indonesia.

    Kecepatan sudah gak jadi masalah di tahun 2021 ini

    kalau saya disuruh pakai wp com saya milih yang versi gratisan, eksktensi wordpress com

    no offense ya om

    1. Siapp. WordPress.com ini sebenarnya lebih mengandalkan uptime dan keamanan server. Kalau untuk kecepatan saya melihat ada kelemahan di sisi Theme-nya. Contohnya Canard yang ternyata punya Cumulative Layout Shift yang kurang bagus kalo menurut Pagespeed Insight dan Gtmetrix.

      Oh, iya, sama mengandalkan Support. Kalau ada apa-apa bisa minta bantuan Happiness Engineer-nya. Memang sih kalo self-hosted bisa juga dengan belajar sendiri. Baru-baru ini blog self-hosted saya kehilangan responsiveness-nya, udah gonta-ganti theme sama aja. Udah matiin semua plugin juga sama.

      Saya agak ragu akan dibantu kalo saya kirim ticket, karena di dashboardnya tertulis tidak melayani bantuan script, jadi saya cari sendiri. Setelah menghabiskan waktu cukup lama baru ketemu masalahnya ada di Widget yang berubah jadi Full Site Editing itu.

      Solusi sementaranya saya instal plugin Classic Widget dan blog saya normal lagi. Mungkin hal seperti ini yang jarang terjadi kalau di WPcom.

  2. Di 2022 ini akhirnya saya juga beli paket premium WordPress.com agar lebih dapat esensi “ngeblog”-nya. Saya akui menggunakan self-hosted platform justru mengalihkan aktivitas ke hal-hal teknis. Urusan security, backup, performa, dst. Jarang posting, jarang pula blog-walking. Btw salam kenal Mas Iqbal, blognya bagus!

Leave a Reply to Ridha Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top