Review Buku The Life-Changing Magic of Tidying Up: Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang

the life changing magic of tidying up mengikat inspirasi diakhir.blog

Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.

Ini adalah buku yang “menyeleksi” buku lainnya.

Saya punya daftar panjang buku apa saja yang ingin saya beli. Tetapi setelah membaca buku ini saya mencoret daftar panjang tersebut!

1. Buku yang “Menyeleksi” Buku Lainnya

Buku ini adalah buku yang “menyeleksi” buku lainnya.

Saya punya daftar panjang buku apa saja yang ingin saya beli.

Tetapi setelah membaca buku The Life-Changing Magic of Tidying Up, saya mencoret daftar panjang tersebut!

Sebuah buku istimewa yang saya berharap menemukannya lebih awal.

Sayangnya saya baru membacanya di tahun 2016 ketika berbagai episode kehidupan penting telah saya lalui.

Pada kesempatan ini saya akan mereview buku ini.

Dengan review ini saya ingin mendudukkan buku ini pada tempatnya secara proporsional.

Karena berdasarkan pengamatan saya tidak semua hal yang disampaikan buku ini akan cocok diterapkan oleh semua orang.

Tetapi bukan berarti dengan adanya hal-hal yang tidak mudah atau tidak cocok diterapkan semua orang lantas buku ini menjadi tidak berguna.

Buku ini tetap mengagumkan dan bermanfaat.

Dalam menulis review ini, saya merujuk kepada 2 edisi buku ini yaitu:

e-book bahasa Inggris yang saya beli di Google Play Books dengan judul The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing (diterbitkan oleh Ten Speed Press)

dan

buku cetak bahasa Indonesia yang saya beli di toko buku Gramedia dengan judul The Life-Changing Magic of Tidying Up: Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang (diterbitkan oleh Bentang Pustaka).

2. Tiga Fakta Unik Buku Ini

Sebelum membahas lebih lanjut, baiknya kita melihat 3 fakta unik buku ini yang benar-benar unik.

Keunikan #1: Judulnya bisa bikin salah paham mengira buku ini hanyalah tentang cara berbenah saja padahal bukan.

Ini adalah buku yang mudah disalahpahami.

Tidak sedikit yang mengira buku ini hanyalah buku tentang cara berbenah rumah saja.

Sesuai judulnya yang ada kata “of Tidying Up” yang artinya merapikan atau berbenah.

Setelah membaca buku ini para pembaca akan menemukan ternyata buku ini bukan sekadar mengajari cara berbenah saja, melainkan juga alasan mengapa harus berbenah dan dampak luar biasa pada diri seseorang yang bisa dialami setelah berbenah.

Keunikan #2: Testimoni yang aneh tidak ada yang bilang setelah berbenah rumah menjadi rapi.

Di bab “Pendahuluan” ada testimoni dari para pembacanya, tetapi ternyata tidak satu pun dari testimoni itu yang bilang rumah menjadi rapi.

Coba deh amati testimoni berikut:

“Selepas mengikuti kursus Anda, saya berhenti bekerja dan memulai bisnis sendiri di bidang yang sudah saya cita-citakan sejak kecil.”

“Kursus Anda mengajarkan kepada saya untuk melihat apa saja yang sungguh saya butuhkan dan apa saja yang tidak saya perlukan. Jadi, saya lantas minta cerai. Sekarang saya merasa jauh lebih bahagia.”

“Seseorang yang ingin saya hubungi baru-baru ini mengontak saya.”

“Dengan gembira saya sampaikan bahwa sesudah membereskan apartemen, angka penjualan saya kian meningkat.”

“Saya dan suami kian rukun saja.”

“Mencengangkan bahwa membuang ini itu ternyata menimbulkan perubahan besar dalam diri saya.”

“Berat badan saya akhirnya turun lima kilogram.”

Anda sudah membaca testimoni barusan secara teliti?

Sudah menemukan keanehannya?

Ternyata dampak berbenah yang dialami bisa beragam.

Selain itu, tak seorang pun yang sekadar bilang rumah menjadi rapi saja melainkan juga terjadi dampak lainnya yang bahkan ada yang sampai divorce atau bercerai!

Keunikan #3: Bikin pengin orang lain juga tahu tentang buku ini, membacanya, dan terinspirasi.

Setelah membaca buku ini, saya jadi berharap lebih banyak lagi orang yang mengakses buku ini.

Makanya saya pernah membeli buku ini beberapa copy untuk saya bagikan ke orang-orang terdekat.

Saya percaya saya bukan satu-satunya orang yang merasa terinspirasi.

Rasa ingin berbagi inspirasi buku ini pernah mendorong Dee Lestari, seorang penulis, dalam blognya dia cerita setelah membaca buku ini dia bergegas pergi ke penerbit buat meminta mereka menerbitkan terjemahannya (sumber: deelestari.com/review-the-life-changing-magic-of-tidying-up).

Jika Anda membaca tulisan di blog Dee Lestari tersebut Anda akan menemukan kesan antusiasme yang besar untuk memastikan lebih banyak lagi orang Indonesia membaca buku ini.

3. Tentang Buku Ini dan Penulisnya

Buku The Life-Changing Magic of Tidying Up ditulis oleh Marie Kondo, seorang perempuan warga negara Jepang.

Sejak usia 5 tahun Marie Kondo mulai membaca majalah interior dan gaya hidup.

Kegemaran itulah yang membuatnya terinspirasi, di usia 15 tahun dia mulai melakukan penelitian serius tentang beres-beres dan pada akhirnya mengembangkan metode KonMari yang berasal dari kombinasi nama depan dan belakangnya.

Sekarang Marie Kondo menjadi seorang konsultan dan menyediakan kursus beres-beres atau berbenah one on one (individual).

Dia menghabiskan sebagian besar waktunya mengunjungi rumah-rumah dan kantor-kantor kliennya.

Memberi saran kepada orang-orang yang merasa kesulitan beres-beres, orang-orang yang mengalami berantakan lagi berantakan lagi, maupun orang-orang tidak tahu harus memulai berbenah dari mana.

Saat saya membaca buku tersebut di tahun 2016 silam disebutkan antrian waiting list jasa konsultasinya sudah mencapai 3 bulan, mungkin sekarang lebih dari itu.

Menurut websitenya, Marie Kondo pernah diwawancarai dan diulas dalam The New York Times, The Wall Street Journal, The London Times, Vogue, The Late Show with Stephen Colbert, The Ellen Show, serta lebih dari lima puluh program televisi dan radio utama di Jepang.

Di tahun 2015 dia menjadi salah satu dari 100 orang paling berpengaruh versi majalah Time.

Membaca buku The Life-Changing Magic of Tidying Up seakan mendengar sendiri Marie Kondo bercerita.

Kadang saya dibuat tersenyum-senyum saat dia berkisah menemukan gunungan barang-barang tidak terpakai di rumah kliennya.

Saya mendapat kesan Marie Kondo seorang rendah hati, bersahaja, dan punya misi membebaskan kliennya dari clutter ‘berantakan’.

4. Metode KonMari: Bukan Berbenah Biasa

Marie Kondo mengajak pembacanya berbenah dengan membuang apa yang tidak perlu dan hanya mempertahankan apa yang benar-benar penting.

Dengan menjaga hanya apa yang benar-benar istimewa itulah seseorang akan menemukan dampak ikutan, yaitu perubahan kehidupan yang menjadi lebih baik.

Marie Kondo menamakan metode berbenahnya dengan sebutan KonMari, berasal dari kombinasi nama depan dan belakang dirinya.

Dalam mengulas cara beres-beres tersebut Marie Kondo memulai dengan mengajak pembacanya memahami prinsip atau aturan main KonMari.

Jika membaca buku ini pastikan memahami prinsip tersebut.

Karena jika langsung beranjak ke cara melipat baju misalnya dengan menonton tutorialnya di Youtube, bisa jadi dalam waktu singkat akan mudah melupakan KonMari.

Bukan hanya itu, beberapa orang bilang metode KonMari ini hanya untuk orang kaya saja karena bernuansa gaya hidup minimalis, orang yang sejak kecil hidup susah tak perlu lagi diajari buat gaya hidup minimalis, begitu katanya.

Perkataan tersebut jelas keliru.

Kekeliruan pemahaman tersebut karena tak semua orang benar-benar membaca buku tersebut, hanya membaca sekilas atau langsung menonton video berbenah di Youtube.

Oleh karena itu mari baca dulu bukunya.

Setelah membahas prinsip KonMari, Marie Kondo mengajarkan teknik beres-beres barang-barang spesifik, mulai dari pakaian, buku, kertas, pernak-pernik, barang bernilai sentimental, hingga foto.

Secara garis besar metode KonMari adalah sebagai berikut:

Pilih hanya apa yang akan Anda simpan, buang sisanya.

Terdengar simpel, bukan?

Dan sepertinya saya sudah terbiasa mendengarnya.

Tetapi sebenarnya ini tidak sederhana, bahkan ini menggugah kesadaran.

Perubahan hidup pembaca buku Marie Kondo bermula dari kalimat tersebut.

Selama ini saat berbenah yang saya lakukan hanya membuang sampah, menata ulang, memindah-mindahkan barang, menyapu, mengepel, dan mengelap.

Saya belum pernah menimbang-nimbang barang-barang yang saya kira masih perlu saya simpan.

Saya hanya memindah-mindahkan mereka dan menata ulangnya saja.

Ternyata sebenarnya banyak sekali barang tersimpan yang sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah maupun kesedihan jika saya singkirkan, malah sebaliknya meningkatkan kenyamanan batin dengan menyingkirkannya dari tempat tinggal saya.

Urutan beres-beresnya tidak boleh terbalik: mulailah dengan membuang, kemudian rapikan ruangan Anda secara menyeluruh, sekaligus, dalam satu waktu.

Jadi bukan merapikan lalu membuang, melainkan membuang lalu merapikan.

Beres-beres mesti dilakukan sekaligus, siapkan waktu khusus untuk beres-beres secara marathon, jangan mencicil waktu untuk beres-beres.

Karena ini akan berpengaruh pada mental, efek perubahannya akan terasa jika dilakukan dalam satu hari.

Beres-beres dilakukan berdasarkan kategori bukan lokasi.

Jadi bukan membereskan kamar 1, lalu kamar 2, melainkan bereskan semua pakaian di rumah, kemudian bereskan semua buku, kemudian bereskan kertas, dan seterusnya.

Letakkan barang-barang di lantai sesuai kategori, misalnya baju satukan dengan baju saja jangan diletakkan bersama buku.

Ambil barang yang sudah diletakkan di lantai tersebut satu persatu dengan tangan, tanyakan dengan jujur “does it spark joy?” (“apa benda ini membangkitkan kegembiraan pada diri saya?”).

Lalu tanyakan apa barang itu diperlukan saat ini maupun yang akan datang.

Pastikan apa benar-benar akan diperlukan, misalnya jika tidak ada rencana menjual handphone yang saat ini dimiliki maka buang saja kardusnya.

Spark joy kita sendiri yang merasakan.

Marie Kondo mencontohkan selembar kaos berkarakter lucu yang dia beli di tahun 2005 dan disimpan hingga sekarang.

Sebenarnya dia tidak ingin ada orang lain melihatnya memakai kaos tersebut, tetapi dia tetap menyimpannya karena baginya kaos itu spark joy.

Kaos itu memberi kegembiraan kepadanya. Maka tidak masalah tetap menyimpannya.

Yang harus dilakukan hanyalah mempertahankan apa yang spark joy dan membuang yang tidak.

Pastikan tidak ada orang lain melihat saat sedang beres-beres.

Selain itu, jika tidak butuh suatu barang jangan berikan begitu saja ke orang lain hanya demi buru-buru menyingkirkan barang tersebut, kecuali jika dia benar-benar membutuhkannya.

Marie Kondo menjelaskan alasannya di dalam buku.

Gambar cover buku edisi terjemahan Bahasa Indonesia The Life-Changing Magic of Tidying Up: The Japanese Art of Decluttering and Organizing, Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang.

5. Mengapa Berbenah Bisa Mengubah Hidup Seseorang?

Setelah membaca testimoni di bagian “Pendahuluan” buku The Life-Changing Magic of Tidying Up mungkin kita jadi penasaran bagaimana berbenah bisa mempengaruhi para pembacanya berubah dan mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup, seperti resign dari pekerjaan atau mengakhiri pernikahan.

Kenapa dari sekadar beres-beres rumah bisa bikin orang jadi berani mengambil keputusan besar?

Jawabannya sebagaimana diungkap oleh Marie Kondo:

“Dengan menata ulang rumah kita secara menyeluruh, gaya hidup dan perspektif kita akan ikut berubah drastis. Kehidupan kita niscaya mengalami transformasi besar-besaran.”

“Dengan membereskan rumah, kita sekaligus membereskan urusan dan masa lalu kita.”

Dengan beres-beres seseorang akan menemukan apa yang lebih penting atau yang benar-benar penting.

Metode KonMari membiasakan kita mengevaluasi satu persatu apa yang dimiliki untuk ditimbang apakah semua yang saat ini dimiliki tersebut memberi kegembiraan.

Kita diajarkan untuk bertanya “why?” pada diri sendiri tentang alasan memiliki atau melakukan sesuatu.

Kenapa saya memiliki benda ini?

Kemudian saya menjawab, “karena begini”.

Lalu bertanya lagi, “terus, kenapa perlu begini?”

Lalu saya jawab, “karena begitu”.

Lalu tanya lagi, “memangnya kenapa harus begitu?” dan seterusnya.

Sampai pada akhirnya menemukan apakah yang dimiliki serta apakah yang selama ini dilakukan adalah apa yang benar-benar memancarkan kebahagiaan.

Analisis ini benar-benar bermanfaat, bukan hanya ketika sedang memilih barang melainkan juga ketika akan berbuat atau bertindak serta membuat keputusan.

Kita bisa melihat, tidak sedikit orang yang mengorbankan akhiratnya untuk kepentingan dunianya.

Sungguh merugi, bukan?

Akan tetapi ternyata ada lagi yang jauh lebih merugi dari itu: orang yang mengorbankan akhiratnya untuk kepentingan dunia orang lain.

Itu tak lain disebabkan kegagalan menganalisis apa yang benar-benar penting bagi dirinya.

Dengan beres-beres ala metode KonMari jika punya masa lalu maupun masa kini yang buruk, kita akan membuang masa lalu atau masa kini bersama dibuangnya barang-barang terkait dengan kepahitan tersebut.

Dengan demikian hati akan menjadi lebih lega dan bisa memulai hidup baru dengan semangat baru.

Dengan membuang apa-apa yang tadinya dikira tidak akan sanggup berpisah darinya, pikiran akan menjadi terbuka bahwa ternyata bisa kok membuangnya.

Bisa kok ternyata berpisah dengannya.

Ternyata banyak sekali hal yang sebenarnya bisa ditinggalkan tanpa merugikan sama sekali.

Sehingga ini akan memberi keyakinan pada diri sanggup berubah dengan meninggalkan apa yang harus ditinggalkan.

Misalnya, keyakinan bahwa seorang perokok berat yang kepikiran ingin berhenti merokok akan bisa berhenti total merokok meski awalnya merasa ragu apa iya bakal bisa berhenti.

Menyingkirkan benda-benda yang tidak menimbulkan ‘joy’ serta dianggap sudah tidak diperlukan lagi dapat menjadi latihan agar bisa menyingkirkan benda-benda serta apa-apa yang jelas-jelas merugikan diri.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad).

6. Dua Catatan Penting terhadap Buku The Life Changing Magic of Tidying Up

Nah, sekarang bagian yang tidak kalah pentingnya, ada 2 catatan saya terhadap buku ini.

(1) Di buku ini Marie Kondo bilang jangan memodifikasi metode berbenah di buku ini demi menyesuaikan karakter diri.

Menurut Marie Kondo tidak ada pembedaan seperti metode berbenah untuk orang sibuk, metode berbenah untuk orang malas, dan sebagainya, metode buku ini mestinya bisa diterapkan semua orang, malas ataupun rajin, sibuk maupun luang.

Tetapi menurut saya silakan saja memodifikasinya sesuai kebutuhan, selama tetap memenuhi prinsip KonMari.

Marie Kondo menegaskan hanya ada 2 aktivitas yang dilakukan ketika berbenah: membuang dan memutuskan di mana akan menyimpan barang-barang.

Dari kedua aktivitas tersebut, membuang harus dilakukan pertama kali.

Dengan tetap memenuhi 2 aktivitas tersebut, menurut saya ada hal-hal yang bisa dimodifikasi, misalnya cara menyimpan pakaian atau kaos kaki tidak harus seperti yang diajarkan oleh Marie Kondo.

Saat berbenah, saya memodifikasi metode KonMari, misalnya saya tidak melakukan berbenah marathon dalam 1 hari melainkan selama 30 hari.

Meski demikian dalam sebulan itu telah banyak sekali barang-barang milik saya yang telah saya lepaskan kepemilikannya.

Menurut saya, seseorang bisa fleksibel dalam berbenah, yang penting konsisten menuntaskan pekerjaan berbenah sampai akhir.

Untuk memastikan konsistensi tersebut saya menulis catatan barang apa saja yang telah saya singkirkan setiap harinya.

(2) Tidak semua hal dalam buku ini saya sepakati, misalnya tentang menyapa atau membungkuk kepada rumah.

Hal itu mungkin lazim atau biasa di tempat penulis buku tersebut tinggal yaitu Jepang.

Namun demikian sebagai seorang muslim saya memilih untuk mengucap basmalah serta berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala jika akan memasuki rumah.

Saya juga tidak mengucapkan terima kasih kepada benda-benda yang telah menunaikan tugasnya, melainkan akan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi benda-benda tersebut kepada saya.

Buat saya kedua poin catatan ini penting agar bisa menempatkan buku ini pada tempatnya sehingga bisa bermanfaat optimal bagi yang membacanya.

7. Beli, Pinjam, atau Download PDF Gratis Buku The Life-Changing Magic of Tidying Up?

Saya merekomendasikan Anda untuk membeli buku ini.

Di toko buku, harga buku ini versi terjemahan bahasa Indonesianya tidak sampai 100 ribu rupiah.

Jika memungkinkan sebaiknya beli saja.

Jika merasa belum punya uang untuk membeli buku ini maka siapa tahu justru dengan membaca buku ini pengeluaran bisa menjadi lebih efisien.

Itulah yang saya rasakan.

Jika ada yang bilang, “Nanti dulu deh saya masih ada daftar rencana buku lain yang ingin dibeli,” saya akan bilang “coba dulu baca buku ini”.

Karena siapa tahu setelah membaca buku ini daftar rencana buku yang telah disusun malah jadi direvisi seperti saya sampaikan di awal tulisan ini.

Saya berharap lebih banyak lagi orang yang membaca buku ini dan menemukan perubahan dirinya.

Namun demikian saya tidak menyediakan link atau tautan download PDF buku ini.

Selain karena saya menghargai jerih payah penulisnya yang telah menulis karya luar biasa, harga bukunya juga relatif terjangkau, termasuk murah malah jika dibanding dengan manfaat yang bisa diperoleh.

Dengan mengeluarkan uang buat beli buku The Life-Changing Magic of Tidying Up semoga menjadi bukti kesungguhan ingin mendulang manfaat darinya, benar-benar ingin mengubah hidupnya.

Oh, iya, ada teman yang bertanya memangnya perubahan apa yang saya rasakan setelah berbenah?

Nah, menurut saya perubahan yang akan dialami bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Adapun pada diri saya inilah beberapa perubahan tersebut:

  1. Tidak berbenah sesering dulu.
  2. Berpikir jernih sebelum membeli barang.
  3. Berhenti mengumpulkan buku yang tidak saya baca.
  4. Lebih ringan merelakan saat kehilangan.
  5. Lebih menikmati lantunan Al-Qur’an.
  6. Berkurang kesedihan dan kegalauan.

Sebagai penutup, agar senantiasa bersemangat untuk beres-beres dan membuang apa yang tidak bermanfaat mari simak hadits berikut:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi).

Sekian review ini, semoga bermanfaat.

Apa Anda juga pernah membaca buku ini dan punya pengalaman yang ingin diceritakan?

Iqbal – diakhir.blog

4 thoughts on “Review Buku The Life-Changing Magic of Tidying Up: Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang”

  1. Menarik. Dulu pak dahlan iskan pernah review buku ini. kelupaan mau beli kok ga sempet. ke gramed pun ga nongol ini buku di rak best-seller.

    Sepertinya bagus untuk yang kadang masih “sayang” ngebuang/donasi/jual barang yang ga kepakai karena faktor “kenangan” 😀

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top