Saya dan para perwakilan negara-negara lain yaitu negara-negara Arab, Afghanistan, Bangladesh, Malaysia, dan beberapa negara lainnya, merancang acara buka puasa bersama yang akan diselenggarakan setiap hari sepanjang bulan Ramadhan di masjid.
Kami sudah rapat sejak beberapa pekan sebelumnya. Juga menata meja-kursi yang dibeli untuk tempat jamaah berbuka puasa. Serta kerja bakti membersihkan ruangan-ruangan masjid. Juga berbelanja bahan makanan.
Saya sangat antusias menyambut Ramadhan.
Saya akan menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya, sesuai rencana. Semua akan berjalan lancar, pikir saya.
Namun apa yang terjadi.. ternyata di malam pertama Ramadhan saat itu saya malah jatuh sakit! Saya pun jadi tidak bisa mengikuti shalat tarawih malam pertama.
Saya malah meringkuk di apato (apartemen), berselimut, dan minum obat flu.
Sejujurnya ada rasa kecewa saat itu. Saya merasa sudah jauh-jauh hari menyiapkan berbagai hal, hanya untuk sakit di hari pertama Ramadhan.
Saat itu saya merasa down.
Tidak lama sih, karena saya segera tersadar, sakit itu, kan, pemberian Allah. Allah yang telah memutuskan agar saya berhenti sejenak dan beristirahat, maka tugas saya adalah menerima dan berusaha untuk sembuh agar bisa beraktivitas kembali.
Hal semacam itu terjadi lagi di tahun 2017, ketika di malam pertama Ramadhan saya terkena macet di jalan, sehingga sejak malam pertama Ramadhan itu target “selalu tarawih berjamaah di masjid sepanjang Ramadhan” sudah tidak terpenuhi.
Skip ke beberapa tahun selanjutnya. Yaitu awal 2020, pandemi Covid-19 hadir menyapa dunia.
Saat itu saya sangat-sangat berharap pandemi segera berakhir sebelum Ramadhan 2020.
Ternyata apa yang terjadi.. pandemi terus berlanjut dan masjid-masjid menghentikan aktivitas berjamaahnya untuk sementara waktu.
Keinginan tarawih berjamaah di masjid dan itikaf 10 hari terakhir pun kandas, karena masjid-masjid meniadakan tarawih berjamaah dan itikaf.
Pandemi terus berlangsung hingga di Ramadhan tahun 2021 pun masih ada pembatasan-pembatasan.
Resolusi Ramadhan yang Insya Allah Bisa Dilakukan Kapan Saja, di Mana Saja
Tarawih, sholat dhuha, sholat berjamaah di masjid, bahkan puasa Ramadhan itu sendiri, tidak bisa saya lakukan ketika saya sakit, atau mendapat musibah semisal rumah kebanjiran, atau ketika saya dalam perjalanan pulang kampung, atau ketika saya terjebak macet di jalan.
Sehingga mesti ada amalan yang insya Allah bisa saya kerjakan kapan saja, di mana saja, dalam kondisi apa pun.
Tahun 2023 lalu saya juga tetap menjalankan resolusi yang sama, dengan menambahkan sedikit update.
Menyusun resolusi semacam ini membantu saya untuk mengingat beberapa amalan yang menjadi fokus saya.
Buku yang akan Menjadi Pendamping Ramadhan Kali Ini
Nah, pada Ramadhan 1445 Hijriah atau Ramadhan 2024 ini, saya kembali menjadikan resolusi tersebut sebagai resolusi yang akan saya jalankan. Hanya saja kali ini ditambah dengan aktivitas pendukung resolusi yang telah saya buat, yaitu: membaca buku.
Saya telah memilih 4 buah buku untuk dibaca saat Ramadhan kali ini.
Ya, hanya 4 buku ini saja, yang insya Allah akan menjadi fokus utama untuk saya baca di Ramadhan tahun 2024 ini.
Mengingat pentingnya buku-buku ini, maka insya Allah saya juga akan menjadikan buku-buku tersebut sebagai buku-buku yang menyertai saya untuk seterusnya.
Buku tersebut yaitu:
1. Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9 (Juz 28-30) oleh tim ahli tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri dan diterbitkan oleh Pustaka Ibnu Katsir (cetakan tahun 2006).
Buku Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-9 ini cocok buat yang ingin menghafal, menguatkan hafalan, serta tadabbur Juz Amma atau juz 30 selama bulan Ramadhan.
2. Meneladani Shalat dan Wudhu Nabi yang ditulis oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin dan diterbitkan oleh Pustaka Ibnu Umar.
Ini adalah sebuah buku kecil berisi panduan shalat, wudhu, dan hal-hal terkait dengannya.
Tentu saja buku ini bukan satu-satunya buku panduan tentang shalat, itu sudah jelas. Tapi ukuran buku ini yang kecil, ringan, serta mudah di bawa kemana-mana ini, bisa menjadi pegangan esensial sepanjang bulan Ramadhan.
3. Fikih Istighfar yang ditulis oleh Syaikh Ismail Al-Muqaddam dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar (cetakan tahun 2015).
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Ini beberapa hal yang bikin saya merasa nyaman dengan dunia blogging atau menulis blog:
1. Seorang Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadikan saya dan seorang penulis blog lainnya sebagai responden skripsi yang mengangkat topik gaya hidup minimalis.
4. Seseorang yang tertarik berkomentar di tulisan saya tentang buku Goodbye, Things, buku yang life-changing bagi saya, karena dia juga menemukan buku itu, membacanya, dan menindaklanjutinya degan membakar foto-foto masa lalunya agar tak tenggelam dengan masa lalunya yang menurutnya buruk, menyingkirkan sebagian barang-barangnya, hidup sederhana dan bersyukur, dan mengutamakan fungsi daripada gengsi.
Dan interaksi-interaksi lainnya, yang bikin saya betah ngeblog.
Setiap produk teknologi pada umumnya bisa kita manfaatkan oleh kita.
Saya pakai Facebook untuk tetap terkoneksi dengan teman-teman saya, khususnya teman-teman yang sudah jarang berjumpa di dunia nyata. Saya juga pakai Facebook untuk beriklan.
Kemudian, saya juga pakai Youtube, Instagram (meski jarang), dan sebagainya.
Semuanya bisa kita manfaatkan. Semuanya hanya sarana.
Demikian pula blog. Blog pada dasarnya hanya sarana, saya memilih blog sebagai salah satu sarana yang saya ambil manfaatnya.
4 Manfaat Blog bagi Saya
Mengapa saya memilih blog sebagai salah satu sarana yang saya ambil manfaatnya?
Baiklah..
Pertama, menulis di blog membantu saya belajar memformulasikan pikiran dan menyampaikannya dalam susunan kalimat yang sistematis.
Saat membaca halaman demi halamannya saya seakan menemukan inspirasi baru yang belum pernah saya temukan sebelumnya.
Terlebih buku Goodbye, Things, saya coba mencari hal yang bisa digarisbawahi atau distabilo, ternyata tidak bisa, karena setiap halamannya ada pesan penting!
Saya pun menemukan tulisan-tulisan blog lainnya dengan topik serupa, dan tulisan-tulisan tersebut membantu membentuk framework atau kerangka pikir saya yang signifikan berbeda.
Saya di akhir 2016 adalah saya yang berbeda dengan saya di tahun-tahun sebelumnya, seakan versi 2.0, dan itu berawal dari membaca sebuah artikel blog.
Beberapa perubahan seperti berkurangnya OCD (obsesive compulsive disorder) secara signifikan, lenyapnya rasa mengejar kesempurnaan audio (alias audiophile), dan sebagainya, telah sangat dirasakan.
Saya juga terbantu dengan tulisan-tulisan topik lainnya yang saya simpan ke notes maupun saya tulis ulang di blog saya.
Adalah fakta bahwa tulisan-tulisan tersebut menjadi wasilah inspirasi yang menorehkan dampak dalam diri saya.
Maka alangkah wajarnya menurut hemat saya apabila saya pun berharap ada dari tulisan-tulisan saya yang akan ditemukan oleh orang lain yang ternyata memberi impact terhadapnya.
Terakhir, alasan keempat, dengan menulis blog maka saya akan membacanya dan pada akhirnya membiasakan saya untuk membaca.
Beberapa waktu lalu saya ikut test IELTS, untuk nilai IELTS reading saya memperoleh skor 9.0 (skor mentok atas).
Alhamdulillah untuk skor 9.0 itu saya tidak merasa kesulitan memperolehnya.
Saya percaya bahwa angka itu tidak keluar begitu saja, melainkan dari proses banyak membaca sehingga dengan izin Allah bisa baca dengan lebih cepat dan paham.
Berlatih membaca adalah suatu keharusan.
Dengan menulis blog dan melihat blog-blog milik orang lain, saya jadi terbiasa membaca.
Apakah Anda punya blog? Apa alasan Anda menulis blog?
Baik dalam arti tulisan tersebut memberi informasi yang saya butuhkan maupun tulisan tersebut berpengaruh pada bagaimana saya menjalani hidup.
Maka menjadi wajar kalau saya pun berharap ada dari tulisan saya yang memberi informasi bermanfaat maupun inspirasi yang menggugah jiwa orang yang membacanya.
Tetap Antusias Belajar
Sebagaimana tertulis pada beberapa bagian di blog ini, saya menganggap diri saya pelajar di universitas kehidupan.
Buat saya, kehidupan ini bagaikan sebuah universitas di mana di dalamnya bertebaran ilmu, pelajaran, inspirasi, dan hikmah yang menunggu untuk dipetik.
Sejalan dengan semangat memetik ilmu di universitas kehidupan, di samping mengambil kursus-kursus nonformal atau nondegree, saat ini saya sedang mengupayakan untuk bisa melanjutkan studi formal yaitu S3, di luar negeri (Jepang, lagi).
Ada berbagai alasan kenapa ada blog yang mendadak jarang diupdate. Bisa karena pemiliknya telah memutuskan untuk berhenti ngeblog selamanya, sekadar hiatus, atau disibukkan dengan urusan-urusan lain.
Nah, berbagai kesibukan persiapan di setiap tahapan tes beasiswa untuk mengambil kuliah S3 tadi merupakan salah satu alasan saya belum memuat tulisan baru belakangan ini.
Saat ini saya sedang menyusun proposal penelitian, berkomunikasi dengan sensei, dan mempersiapkan diri untuk tes wawancara atau tes substantif.
Dari proses yang tengah berjalan itu saya jadi punya beberapa ide topik untuk saya tulis di blog ini seperti review tes IELTS, review Guest House Pusat Studi Jepang (tempat saya menginap untuk persiapan IELTS di Lembaga Bahasa Internasional FIB Universitas Indonesia, biar nggak datang terlambat ke tempat tes), dan sebagainya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kemudahan untuk saya menuliskannya.
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Bila Anda sedang mencari layanan web hosting untuk membuat website, blog, atau toko online, besar kemungkinan Anda menjumpai layanan-layanan web hosting yang mencantumkan kata “unlimited“.
Unlimited artinya tidak dibatasi, tak terbatas, tidak ada batasan.
Kata “unlimited” tersebut terkadang membuat seseorang yang sedang memilih-milih layanan web hosting menjadi penasaran, apa, sih, maksudnya “unlimited“?
Pertanyaan semisal seberapa unlimited-kah layanan web hosting unlimited dan seberapa amankah layanan web hosting unlimited beberapa kali pernah saya jumpai di group Facebook WordPress Indonesia.
Biasanya di antara beberapa member group tersebut akan ada yang menjawab “tidak ada yang benar-benar unlimited” atau “unlimited itu hanyalah trik marketing saja”.
Baru-baru ini saya membaca sebuah postingan di forum Diskusi Web Hosting (DWH) yang mana ada seorang member forum bertanya:
“Halo suhu-suhu semua disini, saya mau bertanya soal layanan unlimited dari provider sering kali saya lihat mereka mencantumkan “Unlimited”, apakah ini benar-benar unlimited dan aman? karena gatau kenapa agak sedikit aneh aja melihat embel-embel unlimited, mohon masukannya suhu semuaa”
Maka pada kesempatan ini saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut sejauh yang saya ketahui dan alami sebagai seorang pengguna layanan web hosting.
Perhatikan dua kata yang saya garis bawahi pada kutipan pertanyaan di atas. Kata-kata yang saya garis bawahi menunjukkan dua buah pertanyaan yang ingin saya jawab.
1. Apakah Layanan Web Hosting Unlimited Benar-Benar Unlimited atau Tidak Ada Batasan?
Pertanyaan pertama, apakah layanan web hosting unlimited benar-benar unlimited?
Sejauh pengamatan saya, umumnya ketika disebut web hosting unlimited maka yang dimaksud dengan unlimited tersebut adalah unlimited untuk storage dan bandwidth.
Storage adalah kapasitas ruang penyimpanan file, artinya ketika disebut unlimited storage maka kapasitas penyimpanan filenya tidak dibatasi.
Lawan kata dari unlimited storage adalah limited storage, yaitu layanan web hosting yang menyebutkan besar kapasitas ruang penyimpanan filenya, misalnya 250 MB, 500 MB, 1 GB, 2 GB, dan sebagainya.
Pada layanan web hosting yang storage-nya dibatasi, ketika batas tersebut telah tercapai maka sang pengguna layanan harus melakukan upgrade jika ingin websitenya tetap berjalan dengan normal.
Sedangkan pada layanan web hosting unlimited, kapasitas penyimpanannya relatif disediakan lebih besar sehingga seakan tidak ada batasnya.
Bandwidth adalah jumlah maksimum data dari website atau blog Anda yang dapat ditransfer dari server ke pengunjung. Setiap ada pengunjung yang mengakses website Anda, sebenarnya ada data yang ditransfer kepada mereka sehingga website Anda bisa muncul dengan utuh.
Maka ketika disebut unlimited bandwidth, jumlah transfer data tersebut tidak dibatasi secara khusus.
Kebalikannya adalah limited bandwidth di mana provider web hosting dalam hal ini menetapkan dan menyebutkan secara spesifik maksimum jumlah data yang dapat ditransfer, misalnya 5 GB, 20 GB, 40 GB, 80 GB, dan sebagainya.
Nah, sekarang pertanyaannya, apakah dengan demikian web hosting unlimited benar-benar unlimited dalam segala hal?
Jawabannya adalah tidak. Dia akan unlimited pada satu sisi, yaitu kapasitas storage dan bandwidth seperti yang saya sebutkan tadi, tapi juga akan tetap ada batasan-batasan di sisi lainnya.
Lalu apa saja batasannya?
Saya akan mengungkap batasan apa saja yang biasa di tetapkan pada web hosting unlimited.
Oh, iya batasan tersebut juga sebenarnya berlaku pula pada layanan web hosting limited, tergantung kebijakan masing-masing provider.
Batasan-batasan tersebut biasanya tertera pada Term of Service atau Ketentuan Penggunaan yang umumnya linknya atau tautannya terdapat di bagian bawah website provider web hosting.
Inilah beberapa batasan yang biasa diterapkan pada layanan web hosting unlimited (maupun yang limited):
(1) Jumlah inode atau jumlah file
Jumlah inode atau jumlah file di sini adalah jumlah segala file yang ada di dalam ruang penyimpanan web hosting.
Ada provider yang menetapkan batas maksimal file yang diupload ke dalam ruang penyimpanan sebanyak 250.000 inodes, ada yang 500.000 inodes, ada yang 750.000 inodes, dan sebagainya.
(2) Ukuran maksimal file yang diupload
Ketika disebut ruang penyimanan yang tak terbatas, bukan berarti kita bisa mengupload file video berukuran 700 MB, misalnya. Sebab pada beberapa layanan web hosting ada batasan ukuran maksimal, semisal 100 MB per file.
(3) Jenis file yang diupload, harus berhubungan dengan website yang berjalan di layanan tersebut
Pada kebanyakan layanan web hosting, kita tidak bisa menjadikannya sebagai tempat penyimpanan file atau backup, misalnya backup file skripsi, foto-foto keluarga, file musik/film, yang tidak ada hubungannya dengan website.
(4) Batasan penggunaan atau pemakaian sumber daya, yang dipengaruhi jumlah pengunjung dan berat atau ringannya website
Beberapa hal dapat mempengaruhi tingkat penggunaan atau konsumsi sumber daya, misalnya saja berapa banyak plugin yang digunakan atau seberapa banyak jumlah pengunjung.
Umumnya layanan web hosting menerapkan batasan sumber daya yang cukup jelas pada TOS berupa batas maksimal penggunaan sumber daya (persen) selama sekian detik atau menit.
(5) Batasan jumlah dan ukuran database
Untuk menjalankan website berbasis WordPress pada web hosting, kita memerlukan database.
Jika kita hanya disediakan maksimal 2 database, misalnya, maka kita hanya bisa menginstal 2 website berbasis WordPress saja.
Selain itu ukuran maksimal database juga perlu diperhatikan, apakah juga unlimited sebagaimana kapasitas ruang penyimpanannya.
(6) Batasan-batasan lainnya, misalnya batasan penggunaan Secure Sockets Layer (SSL) gratis
Ini batasan yang termasuk jarang, tetapi saya pernah mengalaminya. Jadi begini, pada kebanyakan web hosting, pengguna layanan memperoleh SSL gratis dari Let’s Encrypt, Zero SSL, atau Self Signed Certificate.
Akan tetapi saya pernah menjumpai SEBUAH layanan di tahun 2020 (mungkin sekarang di tahun 2023 saat saya menulis tulisan ini sudah ada perubahan kebijakan), sebut saja PROVIDER X (bukan nama sebenarnya) yang menjanjikan bisa menginstal banyak website di dalamnya, tetapi ketika saya menginstal website-website tersebut, ternyata tidak ada pilihan instal SSL gratis.
Sedangkan di masa sekarang ini SSL merupakan “kewajiban” sebagai fitur keamanan standar. Jadi tiap kali saya menginstal website WordPress tambahan, saya perlu membayar lagi biaya tambahan per domain untuk meng-unlock fitur SSL.
Kalau ditanya, benarkah saya bisa menginstal banyak sekali website WordPress kedalam paket tersebut sebagaimana dijanjikan oleh PROVIDER X, jawabannya, benar. Tapi apakah memenuhi standar keamanan minimum, maka jawabannya belum.
Untuk lebih pastinya, silakan berkonsultasi terlebih dahulu kepada pihak provider untuk mengetahui apa saja batasan-batasan yang ada.
Nah, mungkin Anda bertanya, mengapa tidak ada layanan web hosting yang benar-benar bisa unlimited dalam segala hal?
Jawabannya adalah karena resource atau sumber daya itu terbatas, selain itu untuk menjalankan suatu layanan web hosting memerlukan biaya, maka secara logika tidak masuk akal jika sebuah layanan web hosting dengan harga terjangkau diharapkan unlimited dalam segala hal.
Sebagai gambaran, saya ingin mengajak Anda melihat sebuah layanan WordPress hosting paling populer di dunia yaitu WordPress.com.
Lalu perhatikan apa yang terjadi di tahun 2019? Fasilitas unlimited diganti dengan limited 200 GB.
Bukan hanya berubah dari unlimited menjadi 200 GB, di tahun 2023 ada perubahan lagi, storage yang tadinya disediakan 200 GB telah dipangkas menjadi 50 GB.
Di pertemuan WPJKT Meetup ke 20 di tahun 2019 silam, di akhir acara saya sempat ngobrol-ngobrol singkat dengan Niels Lange, seorang Happiness Engineer di WordPress.com.
Salah satu yang dia sampaikan tentang perubahan kapasitas penyimpanan WordPress.com paket Business yang tadinya unlimited menjadi limited 200 GB. Terkadang ada pengguna yang karena diberikan unlimited storage maka dia memasukkan begitu banyak video ke dalamnya sehingga sebenarnya penggunaan sumber dayanya melebihi apa yang telah dibayarkan.
Penjelasan senada juga diungkapkan dalam forum WordPress.com ketika ada yang bertanya apa benar terjadi perubahan kapasitas storage dari unlimited menjadi limited 200 GB. yang kemudian dijawab oleh Kokkieh, seorang Happiness Engineer di WordPress.com:
Hi,
Ada perubahan pada kapasitas penyimpanan, itu benar. Tidak ada cara untuk benar-benar memiliki penyimpanan unlimited pada WordPress.com – kami selalu punya batasan lunak, dan hingga saat ini belum ada pengguna yang benar-benar melebihi batasan lunak tersebut.
Untuk mencegah penyalahgunaan pada fitur video upload pada khususnya kami telah mengubah kebijakan ini untuk menetapkan batas. Dengan penggunaan yang wajar sangat-sangat jarang Anda akan membutuhkan kapasitas penyimpanan lebih dari itu.
(Hi there,
This has changed, yes. There is no way to have truly unlimited storage on WordPress.com – we’ve always had this as a soft limit, and until very recently no one had ever exceeded that soft limit.
In order to prevent abuse of our video upload feature in particular we have changed our policy to formalise this limit. With reasonable use of WordPress.com it’s very unlikely that you’ll need more space than that.)
Kiranya penjelasan tersebut bisa memberi gambaran bahwa bahkan produk hosting yang tergolong high-end, biaya bulanan US$24 hanya untuk 1 website, tetap tidak bisa menyediakan kapasitas unlimited.
Apabila ada provider yang menyediakan layanan web hosting unlimited dengan harga yang lebih murah dari itu, maka secara logika pasti akan ada batasannya juga.
Menurut saya unlimited storage akan terasa manfaatnya ketika kita perlu ruang penyimpanan yang relatif besar misalnya untuk website berita yang banyak postingannya atau online store yang banyak produknya.
Jadi silakan gunakan layanan web hosting unlimited, dengan penggunaan yang wajar dan bijak tentunya.
Jika website-website tersebut telah dioptimasi, tentu fitur unlimited tersebut dapat dimaksimalkan manfaatnya.
2. Apakah Web Hosting Unlimited Benar-Benar Aman?
Apakah web hosting unlimited benar-benar aman?
Jawaban saya, soal aman atau tidak, bukan soal limited dan unlimitednya, melainkan siapa yang menyediakan layanan tersebut dan bagaimana kita menggunakan layanan tersebut.
Selama yang menyediakan layanan tersebut adalah provider yang memiliki reputasi baik maka bisa dibilang insya Allah akan aman-aman saja.
Untuk itu, kita harus memilih layanan terpercaya yang sejak awal sudah kita percayai.
Adapun satu hal yang tak kalah pentingnya, mau seaman apa pun layanan web hosting, pada akhirnya cara menggunakan layanan web hosting sangat berpengaruh pada keamanan website.
Apabila kita menggunakan theme atau plugin bajakan (nulled), maka tidak perlu merasa terlalu kaget jika website atau blog kita menjadi tidak aman.
Mari kita menjadi pengguna yang bekerja sama dengan baik dengan provider web hosting untuk sama-sama menjaga lingkungan hosting yang aman.
Bagaimana, sudah ada gambaran, kan?
Yuk tinggalkan jejak Anda dengan memberikan komentar.
Review IDCloudHost berdasarkan pengalaman pribadi. Pembahasan difokuskan pada Support, Uptime, Speed, dan Load Impact.
Update tahun 2024: tidak ada add on domain kecuali di paket yang 900ribuan/tahun, jika Anda butuh hosting dengan fitur add-on domain yang lebih terjangkau, Anda bisa mencoba provider lain.
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Website dan blog yang saya maksud masihlah proyek-proyek kecil semisal blog pribadi, website sekolah swasta lokal, website undangan pernikahan, website acara, landing page jualan, dan semacamnya.
Hal ini perlu saya ungkapkan sebagai gambaran bahwa jenis web hosting yang saya butuhkan saat ini adalah “shared hosting” (satu server dipakai beramai-ramai), bukan VPS atau Dedicated Server.
Saya perlu menemukan web hosting mana saja yang benar-benar bisa saya andalkan, web hosting yang terbaik di kelasnya, dan cocok dengan anggaran/budget saya atau klien.
Dari proses pencarian tersebut saya menemukan beberapa web hosting yang cocok dengan kebutuhan saya, salah satunya adalah Jetorbit yang telah saya tulis reviewnya dengan judul “Review Web Hosting Jetorbit dari Pengalaman Pribadi”.
Maka kali ini saya ingin menceritakan pengalaman, mengulas, atau mereview salah satu provider web hosting Indonesia yang layanannya juga saya gunakan untuk ditempati oleh salah satu blog saya.
Provider tersebut adalah: IDCloudHost.
Review IDCloudHost ini saya buat dengan seobjektif mungkin karena saya buat berdasarkan pengalaman pribadi.
Meski saya baru menulis reviewnya sekarang, tetapi saya sudah mengetahui keberadaan IDCloudHost sejak beberapa tahun lalu di mana web hosting tersebut menjadi pilihan kakak ipar saya beserta timnya dalam membangun sebuah web berita lokal Bekasi.
IDCloudHost (PT Cloud Hosting Indonesia) didirikan oleh Alfian Pamungkas Sakawiguna bersama 3 orang lainnya (Muhammad Mufid Luthfi, Roful Z. Santosa, dan Depi Rusnandar) pada tahun 2015.
Di tahun pertama, pelanggan IDCloudHost telah mencapai sekitar 1.000 orang yang ditangani oleh 4 orang tim tersebut. Di tahun 2018, jumlah pelanggan meningkat menjadi 50.000 yang ditangani oleh 32 orang.
Saya suka layanan web hosting yang pemiliknya menulis blog atau blogging karena saya pikir dengan begitu sang pemilik akan lebih memahami kebutuhan para bloger.
Selanjutnya sebagaimana diberitakan oleh Warta Ekonomi dan berbagai media lainnya, di tahun 2021, IDCloudHost yang awalnya berbisnis dengan modal bootstrap (tanpa investor) memperoleh permodalan baru dari Init6, yaitu perusahaan investasi mantan petinggi Bukalapak, Achmad Zaky.
Kini di tahun 2022 (saat review ini saya buat), jumlah pelanggan IDCloudHost tentunya telah semakin meningkat.
Dalam pandangan saya IDCloudHost ini bagaikan supermarket dengan berbagai layanan terkait per-hosting-an dan per-cloud-an. Mulai dari Shared Hosting hingga Object Storage ada di sini.
Rasanya perlu saya highlight bahwa tipe “WordPress Hosting” versi IDCloudHost berbeda dengan tipe “WordPress Hosting” yang disediakan oleh kebanyakan provider lainnya (sepengetahuan saya).
Jika di sebagian provider web hosting lain yang dimaksud WordPress Hosting adalah layanan shared hosting yang spesifikasinya dirancang supaya memadai buat melayani WordPress (sama saja dengan share hosting biasa hanya saja speknya lebih tinggi — sehingga harganya lebih mahal daripada yang tidak diberi label “WordPress Hosting”), maka WordPress Hosting IDCloudHost lebih ke arah managed WordPress layaknya WordPress.com, Kinsta, WPEngine, atau EasyWP-nya Namecheap, di mana penggunanya tidak memperoleh akun panel backend, melainkan langsung login ke wp-admin. Pengguna tidak perlu tahu apa saja yang ada di balik layar (server), tapi segi positifnya adalah pengguna tidak perlu terlalu jauh memikirkan pengelolaan server, update, dan keamanan website mereka (tentunya selama tidak menggunakan plugin dan theme bajakan).
Saya tidak akan menulis ada paket apa saja di IDCloudHost karena informasi mengenai hal itu bisa dilihat lebih detail di website IDCloudHost.
Sebelum berlanjut ke pembahasan selanjutnya, saya ingin memaparkan paket yang saya gunakan dan blog yang saya gunakan dalam review ini.
Saya menggunakan paket shared hostingCloud Hosting Cpanel – Basic Pro yang harganya Rp30.000 per bulan dengan spesifikasi sebagai berikut:
Lokasi server : Indonesia
Storage : 3 GB SSD
CPU : 1 Core
RAM : 1 GB
I/O : 1 MB/s
EP (Entry Process) : 20
NPROC : 100
IOPS : 512
Inodes : tidak ada batasan inodes.
Informasi tersebut saya peroleh dari dalam cPanel akun web hosting saya.
Dengan harga Rp30.000 per bulan, menurut saya kapasitas yang tertera di atas kertas tersebut sudah cukup memadai.
Adapun blog yang saya gunakan adalah blog WordPress yang relatif masih baru sehingga belum memiliki banyak trafik, terdiri atas 40-an postingan, menggunakan themeCharta yang dibuat oleh ThemeZee, LiteSpeed Cache (LSCache) yang diaktifkan, dan tidak menggunakan Cloudflare maupun CDN lainnya.
Jika Anda perhatikan, pengujian yang dilakukan oleh Penasihat Hosting sebagai salah satu reviewer web hosting tepercaya di Indonesia tidak mengaktifkan LiteSpeed Cache:
“Dalam melakukan pengujian, kami tidak mengaplikasikan caching apalagi CDN sehingga murni untuk mengukur kecepatan server itu sendiri.”
Caching tidak diaktifkan karena pengujian yang mereka lakukan ditujukan untuk mengukur kecepatan mendasar server web hosting, yang mana web hosting tersebut bisa digunakan untuk beragam Content Management System (CMS), bukan hanya WordPress.
Sedangkan pada pengujian yang saya lakukan, lebih untuk menguji potensi real case atau kasus nyata penggunaan web hosting untuk WordPress sebagai CMS yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Sedangkan menurut data yang ditampilkan oleh W3Techs, WordPress digunakan pada sebanyak 64.3% dari website yang menggunakan CMS, serta sebanyak 43.0% dari total seluruh website di dunia, baik yang menggunakan CMS maupun tidak.
“WordPress is used by 64.3% of all the websites whose content management system we know. This is 43.0% of all websites.“
Nah, jika digunakan untuk menghost WordPress, maka sudah sewajarnya pengguna akan mengaktifkan cache.
Dalam hal ini karena shared hosting IDCloudHost menggunakan webserver LiteSpeed, maka saya menggunakan plugin cache LiteSpeed.
Kemudian saya juga tidak menggunakan CDN karena nantinya akan menjadi rancu karena yang diuji bukan lagi kinerja server IDCloudHost melainkan kinerja CDN-nya.
Misalnya, jika saya mengaktifkan Cloudflare selaku CDN gratis yang mudah digunakan, maka ketika saya melakukan pengujian terhadap website uji, maka sebenarnya yang sedang diuji adalah Cloudflare tersebut, bukan web hosting tempat website uji tersebut berada.
Selain itu, alasan saya tidak menggunakan CDN untuk pengujian ini adalah sebagian pemilih server Indonesia memang sengaja memilih lokasi Indonesia agar web mereka lebih cepat di akses di Indonesia, sehingga tidak menggunakan CDN yang bisa jadi malah menyebabkan website mereka berkurang kecepatan latensinya.
2. Review untuk Support IDCloudHost
Kita sampai pada pembahasan pertama review ini.
Jika kita perhatikan beberapa tempat berkumpulnya para pengguna web hosting, misalnya forum Diskusi Web Hosting dan group Facebook WordPress Indonesia, beberapa keluhan yang sering disampaikan oleh membernya sering kali ada kaitannya dengan dukungan atau Support yang lambat atau malah tidak merespons.
Sebagian orang mengeluh di forum atau di Facebook group tersebut karena merasa kecewa sudah menyampaikan permasalahannya melalui jalur yang disediakan oleh provider web hosting namun belum atau tidak memperoleh respons atau tanggapan.
Masalah tentu akan selalu ada di setiap provider web hosting, hal yang wajar karena tidak ada produk buatan manusia yang sempurna.
Akan tetapi akan lebih nyaman jika ada pihak di ujung sana yang merespons atau menanggapi setiap persoalan yang disampaikan kliennya, terlepas masalah dapat diselesaikan atau tidak, hal yang paling utama adalah ada sosok yang berkenan mendengarkan pertanyaan, masukan, dan keluhan.
Nah, bagaimana dengan kualitas Dukungan Pelanggan atau Support di IDCloudHost?
Nah, selama menggunakan IDCloudhost, saya merasa puas karena memperoleh respons Support yang cepat.
Kalau saya perhatikan sejak awal order hingga saat menulis review ini, sudah 18 kali saya mengirim tiket.
Topik yang dibahas di dalam tiket seputar:
(1) Bertanya tentang Add On Domain (pada saat review ini saya buat, info ini tidak tercantum pada website IDCloudHost sehingga pengguna memang perlu memastikannya melalui tiket).
(2) Mengubah domain utama dan me-reset hosting (beberapa kali request karena ada perubahan beberapa nama domain yang ingin saya jadikan domain utama).
(3) Aktivasi SLL berbayar (lagi pengin belajar pasang SSL berbayar, meski ada SLL yang telah disediakan secara gratis).
(4) Menyampaikan keluhan tidak bisa mengakses website baru dari wifi hotel, sedangkan dari hape bisa (ternyata karena masalah propagasi DNS).
(5) Meminta bantuan mereka menghapus record domain.
Dan beberapa topik lainnya yang memerlukan bantuan dukungan/support.
Di luar Support melalui tiket, saya juga beberapa kali berkomunikasi melalui Live Chat dan memperoleh respons. Meski tidak terlalu cepat, tetapi setidaknya selalu ada seseorang di ujung sana yang akan menjawab.
3. Review untuk Uptime IDCloudHost
Bagaimana dengan uptime IDCloudHost?
IDCloudHost menyediakan informasi status server yang bisa diakses siapa saja di link “Status Server” yang tertera pada bagian footer website IDCloudHost tanpa harus login.
Menurut saya kemudahan memperoleh informasi status server tanpa harus login ini merupakan hal yang menyenangkan karena bisa memberi gambaran bagi orang-orang yang sedang berkeliling mencari layanan web hosting yang tepat buat mereka.
Blog yang saja uji memerlukan waktu 2,8 detik untuk tampil sempurna jika diakses dari Vancouver, Canada.
Di atas 2 detik, tapi belum mencapai 3 detik sehingga masih dapat dikatakan cepat di mata atau persepsi pengunjung riil. Apalagi jangan lupa, waktu 2,8 detik tersebut adalah jika diakses dari lokasi server GTmetrix Kanada, bukan Indonesia. Jika diakses dari Indonesia tentu berpotensi lebih cepat lagi.
Sayangnya saya hanya memakai GTmetrix versi gratis sehingga tidak bisa memilih lokasi uji Singapura yang lebih dekat lokasinya dengan Indonesia (GTmetrix versi berbayar tidak menyediakan lokasi uji Jakarta/Indonesia).
Hasil Pengujian Pagespeed Insight
Hasil pengujian PageSpeed Insight di atas memperlihatkan skor 100 untuk mobile dan 100 untuk desktop.
Hasil Pengujian WebPageTest
Saya memilih server uji WebPageTest di Jakarta, pada jaringan 4G.
Hasil pengujian WebPageTest memperlihatkan First Byte 0,915 detik dan Speed Index 1,480 detik.
Oh iya, jika dibandingkan dengan review web hosting Jetorbit yang saya lakukan di tahun 2021 lalu, terlihat ada perubahan pada penggunaan indikator WebPageTest di tahun 2022 ini, di mana sekarang sudah tidak ada skor A sampai dengan F sebagaimana yang terlihat pada hasil tes yang dilakukan pada blog saya yang menggunakan web hosting Jetorbit.
5. Pengujian Load Impact
Selain menguji kecepatan, dalam review ini saya juga akan menampilkan hasil pengujian Load Impact menggunakan layanan k6.io versi gratis dengan spesifikasi 50 Virtual Users (VU) selama 12 menit 30 detik.
Hasilnya adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
Hasil tes load impact memperlihatkan sebanyak 28.642 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan 95th percentile response time 663 milidetik.
6. Kesimpulan: Apakah IDCloudHost Recommended?
Review ini awalnya saya buat pada tahun 2022. Seluruh data dan informasi yang tertulis di artikel ini adalah benar pada saat tulisan ini saya buat. Akan tetapi seiring perjalanan waktu, perubahan dapat saja terjadi.
Oleh karena itu hendaknya Anda mengecek informasi paling terbaru di web IDCloudHost jika Anda ingin menggunakan layanan web hosting IDCloudHost.
Artinya, IDCloudHost masih terus aktif dan berkembang.
Jika Anda orang yang seperti saya: lebih nyaman jika menggunakan layanan web hosting yang blog officialnya hidup/terus diupdate dan ada informasi aktivitas pengelolanya yang menandakan atau menjadi sinyal bahwa provider tersebut “masih ada untuk Anda”, maka IDCloudHost menjadi salah satu web hosting yang unggul dalam menyediakan informasi tersebut.
Adapun dalam hal layanan web hosting, IDCloudHost termasuk dapat diandalkan.
Sejauh ini, IDCloudHost adalah salah satu layanan web hosting Indonesia yang perkembangannya relatif cepat. Jika kita mengikuti akun Facebook pendirinya, sesekali ada status tentang aktivitas yang sedang dikerjakannya terkait dengan IDCloudHost.
Jika saya ditanya pendapat pribadi, apakah IDCloudHost recommended untuk dipilih sebagai tempat bernaung website atau blog Anda? Saya akan menjawab, tergantung, mohon perhatikan informasi tentang add-on domain berikut:
Update: di tahun 2024 ini saya mendapati ternyata fitur add-on domain tidak tersedia kecuali jika mengupgrade di paket yang 900ribu/tahun. Jika Anda butuh hosting dengan fitur add-on domain yang lebih terjangkau Anda bisa memilih provider lainnya.
Jika Anda tidak menggunakan add-on domain, maka hosting di sini barangkali akan memenuhi ekspektasi atau harapan Anda. Namun jika butuh fitur add-on domain dengan harga yang lebih terjangkau, saya pribadi akan memilih layanan lain seperti Jetorbit, Jetdino, Citrahost, Awan Data, Domainesia, Connectindo, dan sebagainya.
Nah, baru-baru ini saya mendapat sebuah inspirasi yang ingin saya bagi kepada pengunjung blog ini, yang saya peroleh dalam proses memilih theme.
Jadi saya sempat menghabiskan waktu cukup lama untuk memilih-milih theme apa yang akan saya pakai di blog ini.
Untuk memastikan blog ini memberi pengalaman terbaik bagi para pengunjungnya, saya mencoba beragam theme dan mengujinya dengan cara melihatnya di komputer dan telepon seluler (ponsel) lain selain komputer dan ponsel milik saya.
Saya merasa sedikit lelah karena menemukan fenomena betapa desain blog yang tampak nyaman dan indah di komputer dan ponsel saya, ternyata selalu tampak berkurang keindahannya ketika di buka di 2 ponsel lain yang saya jadikan sampel, yaitu ponsel milik ibu saya dan istri saya.
Sesekali saya juga meminta teman-teman membuka blog saya dari ponsel maupun komputer mereka dan mengabari bagaimana desain dan kecepatannya.
Umumnya mereka bilang oke dan kecepatannya baik-baik saja.
Sementara di 2 ponsel yang sering saya jadikan sampel, blog saya tampak kurang memenuhi ekspektasi apa pun template atau theme yang saya gunakan.
Apa pun desain yang saya pilih saya selalu merasa ada yang kurang.
Ternyata Masalahnya Ada pada Layar Handphone
Setelah berhari-hari melakukan riset dan uji coba mencari theme yang terbaik, akhirnya saya menemukan satu kenyataan yang baru saya sadari.
Ternyata masalahnya bukan pada desain yang saya pilih.
Ternyata masalahnya ada pada handphone yang saya jadikan sampel!
Ponsel istri saya layarnya retak.
Sedangkan ponsel ibu saya layarnya dipasang screen protector atau pelindung layar yang tampaknya tidak cocok dipasang di ponselnya sehingga tampak redup, tidak jernih.
Dengan layar yang retak dan pelindung layar yang kusam, sebagus apa pun tampilan desain blog yang muncul di ponsel saya (Samsung M21 dengan layar yang menyejukkan mata dan hati) akan selalu terdegradasi ketika dilihat di 2 ponsel yang retak dan layarnya kurang jernih karena pelindung layar tersebut.
Bukan hanya blog saya, melainkan juga website lainnya pun jadi berbeda antara yang terlihat di handphone saya dengan yang terlihat di handphone tersebut.
Bagaikan Hati
Apa yang saya temukan dari cerita tentang layar ponsel ini sebenarnya seperti analogi “hati manusia”.
Bila hati seseorang sakit maka dia tidak bisa melihat kebaikan dari apa yang ada di sekelilingnya, semuanya akan tampak buruk.
Dia akan menjadi orang yang banyak mengeluh dan tak pandai bersyukur.
Pernahkah Anda melihat orang yang mengeluhkan semua yang ada di sekelilingnya atau mengkomplain semua yang diperolehnya?
Atau malah.. Anda pernah menjadi orang tersebut?
Dalam hidup ini tidak semua hal yang kita jumpai akan baik-baik saja, terkadang kita menemukan hal-hal yang tidak kita sukai, bukan?
Akan tetapi kita perlu curiga atau waspada terhadap diri sendiri jika kita merasa semua yang ada di sekitar kita buruk semuanya.
Sebab jangan-jangan ternyata masalahnya ada pada diri kita sendiri.
Barangkali masalahnya bukan pada apa-apa yang ada di sekeliling kita, bukan kehidupan yang kita alami, juga bukan orang-orang yang menyertai kita.
Barangkali masalahnya ada pada hati kita yang sulit melihat kebaikan.
Review Jetobit berdasarkan pengalaman pribadi. Pembahasan difokuskan pada Support, Uptime, Speed, dan Load Impact.
Apa Jetorbit recommended?
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Dalam kesempatan ini saya ingin menceritakan pengalaman, mengulas, atau mereview salah satu provider web hosting Indonesia yang layanannya saya gunakan untuk ditempati oleh salah satu blog saya.
Provider tersebut adalah: Jetorbit
Review ini saya buat dengan seobjektif mungkin karena saya buat berdasarkan pengalaman pribadi.
Saat tulisan ini saya buat tidak ada info yang cukup lengkap mengenai Jetorbit di websitenya.
Hanya ada tulisaan:
“Jetorbit (PT Jetorbit Teknologi Indonesia) adalah penyedia layanan hosting murah berkualitas dan domain indonesia dan internasional dengan jaminan uptime 99,9%.”
Ketika diklik “Tentang Kami” maka kita akan dibawa ke bagian atas website, masih tetap di halaman depan alias tidak berpindah halaman.
Saya mencoba mencari di dokumen portofolio yang dapat diunduh di bagian bawah website Jetorbit dan tidak menemukan informasi lebih detail.
Meski demikian, dari googling saya pun jadi tahu bahwa pendiri Jetobit yaitu Mahardika Gilang ternyata juga seorang bloger.
Saya suka layanan web hosting yang pemiliknya rutin menulis blog atau blogging karena saya pikir dengan begitu sang pemilik akan lebih memahami kebutuhan para bloger.
Jetorbit telah berhasil menapak tangga menuju puncak hingga meraih posisi 10 Hosting Situs Web Terbaik menurut versi WHTop, bersama Niagahoster, Qwords, IDCloudHost, Dewaweb, Hostinger Indonesia, Rumahweb, DomaiNesia, IDwebhost, dan DewaBiz. Peringkat WHTop ini tergolong dinamis, artinya posisi rangking tiap web hosting dapat berubah setiap saat.
Oh iya, dari Penasihat Hosting/Harun Studio-lah awal mula saya mengenal Jetorbit.
Jetorbit juga terdaftar sebagai salah satu Verified Provider di forum Diskusi Web Hosting, yaitu forum yang merupakan tempat berkumpul dan berdiskusinya orang-orang yang memiliki aktivitas maupun minat terhadap dunia web hosting dan hal-hal yang terkait dengannya.
Prestasi dan keikutsertaan Jetorbit dalam komunitas/asosiasi menunjukkan kesungguhan Jetorbit untuk menjadi provider web hosting terkemuka dan memiliki reputasi yang baik.
Dalam memilih layanan web hosting, tentu kita menginginkan provider yang tepercaya, bukan?
Ya, memilih provider web hosting yang tepercaya itu penting. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang pernah dialami oleh teman saya, ketika suatu hari dia membuka website provider web hostingnya yang muncul adalah halaman ini:
Website milik provider web hostingnya suspended, tidak aktif!
Itu adalah risiko ketika salah memilih penyedia layanan web hosting.
Insya Allah hal tersebut tidak akan terjadi pada Jetorbit.
Layanan apa saja yang disediakan Jetorbit?
Bisa dibilang fitur standar yang ada di kebanyakan web hosting ada di sini yaitu Shared Hosting, WordPress Hosting, Cloud Hosting, Email Hosting, Reseller Hosting, Cloud VPS Managed, Dedicated Server, dan Jasa Website.
Saya tidak akan menulis ada paket apa saja di Jetorbit karena informasi mengenai hal itu bisa dilihat lebih detail di website Jetorbit.
Sebelum berlanjut ke pembahasan selanjutnya, saya ingin memaparkan paket yang saya gunakan dan blog yang saya gunakan dalam review ini.
Saya menggunakan paket shared hosting Venus yang harganya Rp30.000 per bulan dengan spesifikasi sebagai berikut:
Lokasi server : Indonesia
Storage : 3 GB SSD
CPU : 1 Core
RAM : 1 GB
I/O : 30 MB/s
EP (Entry Process) : 25
NPROC : 100
IOPS : 1024
Inodes : tidak ada batasan inodes.
Dengan harga Rp30.000 per bulan tersebut, menurut saya kapasitas yang tertera di atas kertas tersebut sudah cukup memadai.
Adapun blog yang saya gunakan adalah blog WordPress yang masih baru sehingga belum memiliki banyak trafik, terdiri atas 30-an postingan, menggunakan theme Generate Press, LiteSpeed Cache (LSCache) yang diaktifkan, dan tidak menggunakan Cloudflare maupun CDN lainnya.
Dengan menggunakan blog yang masih baru dan artikelnya baru ada 30-an tersebut saya pikir itu akan cukup menggambarkan kemampuan dasar atau bawaan Jetorbit.
Maksudnya begini, jika dengan blog yang masih baru saja pengalaman di suatu web hosting sudah kurang memuaskan tentu ketika sudah banyak trafik maka semakin meragukan.
Meski blog tersebut masih baru akan tetapi sebenarnya saya sudah menyewa layanan shared hosting ini sejak tahun 2020 lalu.
Karena di saat itu saya sudah menggunakannya untuk membuat website penyedia bahan presentasi sebuah acara di tahun 2020 lalu yang yang dihadiri sekitar 300 orang dalam waktu 3 jam.
Tetapi sekarang website tersebut sudah tidak ada (sudah dihapus).
2. Review untuk Support Jetorbit
Kita sampai pada pembahasan pertama review ini.
Menurut saya hal paling penting yang perlu ada di sebuah layanan web hosting terutama shared hosting adalah keberadaan Support.
Mengapa begitu?
Karena Support menjadi penanda hidupnya sebuah layanan web hosting.
Seakan-akan Support itu ibarat penunggu rumah yang menjadi tanda bahwa di rumah tersebut masih ada penghuninya.
Memang sih ada layanan online yang tim Supportnya hampir tidak ada atau tidak terlihat namun tetap recomended untuk digunakan, tetapi itu hanya untuk layanan yang dalam sejarahnya jarang terjadi masalah, contohnya adalah Gmail dan Blogger milik Google.
Akan tetapi di kebanyakan layanan online, umumnya memerlukan keberadaan tim Support.
Maka bagaimana dengan Support di Jetorbit?
Nah, selama setahun menggunakan Jetorbit, saya merasa puas karena memperoleh respons Support yang cepat.
Kalau saya perhatikan sejak awal order hingga saat menulis review ini, sudah 17 kali saya mengirim tiket.
Topik yang dibahas di dalam tiket seputar:
(1) Email belum terverifikasi saat awal mendaftar.
(2) Mengubah domain utama dan me-reset hosting (beberapa kali request karena ada perubahan beberapa nama domain yang ingin saya jadikan domain utama).
(3) Upgrade ke WP1 lalu request untuk instal Generate Press Premium dan Astra Pro yang menjadi fasilitas paket WP Hosting.
Perihal upgrade ini sebenarnya saya hanya penasaran ingin mencoba seperti apa sih layanan WordPress Hosting-nya (di cPanel terlihat resource yang disediakan lebih besar dibandingkan dengan di paket Venus).
Namun karena belum membutuhkannya, sekarang saya sudah kembali (downgrade) ke paket Venus.
(4) Cara menginstal Positive SSL (sebenarnya sudah ada fitur SSL gratis di cPanelnya tetapi saya penasaran pengin mencoba SSL berbayar).
(5) Di luar Support melalui tiket, saya juga beberapa kali berkomunikasi melalui Live Chat dan mendapat respons yang cepat.
3. Review untuk Uptime Jetorbit
Bagaimana dengan uptime Jetorbit?
Bagi pembaca yang sudah pernah mencoba beberapa layanan web hosting mungkin menemukan tidak semua layanan web hosting mempublikasikan data uptimenya tanpa harus login terlebih dahulu ke client areanya.
Sehingga hanya pelanggan layanan web hosting tersebut sajalah yang dapat mengetahui data historyuptimenya.
Tapi tidak demikian dengan Jetorbit, mereka menyediakan data uptime yang bisa diakses siapa saja di https://uptime.jetorbit.com/ tanpa harus login.
Selain itu, uptime juga bisa dilihat di https://stats.uptimerobot.com/, yaitu tautan uptime alternatif yang disediakan di website Jetorbit.
Menurut saya ini hal yang bagus sekali karena bisa memberi gambaran bagi orang-orang yang sedang berkeliling mencari layanan web hosting yang pas buat mereka.
Saya sendiri menggunakan layanan UptimeRobot gratisan yang melakukan monitoring uptime blog saya setiap 5 menit.
Hasilnya sih tidak jauh berbeda dengan apa yang tertera pada halaman uptime Jetorbit.
Blog memerlukan waktu 1,8 detik untuk tampil sempurna jika diakses dari Vancouver, Canada.
Masih di bawah 2 detik sehingga termasuk cepat.
Saya hanya memakai GTmetrix versi gratis sehingga tidak bisa memilih lokasi uji Singapura yang lebih dekat lokasinya dengan Indonesia.
Hasil Pengujian Pagespeed Insight
Hasil pengujian PageSpeed Insight di atas memperlihatkan skor 86 untuk mobile dan 97 untuk desktop.
Hasil Pengujian WebPageTest
Saya memilih server uji di Jakarta.
Hasil pengujian WebPageTest memperlihatkan skor F untuk Security Score. Ini bukan sesuatu yang perlu dipikirkan sebab website Google.com pun meraih skor D.
Sedangkan First Byte Time, Keep-alive Enabled, Compress Transfer, Compress Image, dan Cache Static Content kesemuanya memperoleh skor A. Nah, ini baru skor yang kita perlu kejar agar dapat A.
Blog saya tidak terdeteksi menggunakan CDN. Tentu saja karena blog tersebut memang tidak menggunakan CDN.
Waktu yang diperlukan untuk memunculkan halaman tersebut jika dibuka dari Jakarta adalah 0,888 detik, ini termasuk cepat, yang jelas di bawah 2 detik.
5. Pengujian Load Impact
Selain menguji kecepatan, dalam review ini saya juga akan menampilkan hasil pengujian Load Impact menggunakan layanan k6.io versi gratis dengan spesifikasi 50 Virtual Users (VU) selama 10 menit.
Hasilnya adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
Hasil tes load impact memperlihatkan sebanyak 14.324 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 49 milidetik.
6. Kesimpulan: Apakah Jetorbit Recommended?
Review ini saya buat di tahun 2021, perubahan baik dalam hal harga, spesifikasi, penamaan paket, dan sebagainya dapat saja terjadi. Oleh karena itu mohon mengecek informasi paling terkini di website Jetorbit jika Anda ingin menggunakan layanan mereka.
Review ini membatasi pembahasan pada ruang lingkup layanan shared hosting Venus.
Artinya saya tidak membahas VPS, WordPress Hosting, Dedicated Server, dan lain-lain, karena pengalaman saya hanya pada layanan shared hosting Venus.
Tentu perlu dipahami bahwa pada dasarnya layanan shared hosting adalah layanan 1 server yang digunakan bersama-sama dengan website dan blog lainnya.
Sehingga ada batasan-batasan yang ditetapkan agar semua penghuni server tersebut dapat hidup berdampingan dengan aman dan nyaman.
Layanan shared hosting di mana-mana pada umumnya tidak bisa digunakan untuk website yang sifatnya banyak login-loginnya atau interaksi dengan pengunjung.
Artinya Anda mungkin tidak bisa menggunakannya untuk website kuliah online, belajar online, atau hal-hal online yang belakangan ini semakin marak.
Untuk ujian online misalnya, Jetobit sudah menyediakan layanan yang didedikasikan untuk itu yaitu Ujione yang bisa diakses di ujione.id.
Jika ingin fleksibilitas dan kemampuan yang lebih besar Anda juga bisa menggunakan VPS atau malah Dedicated Server.
Nah, sedangkan untuk website company profile atau blog yang sifatnya pengunjung hanya datang untuk membaca tanpa perlu login-loginan menurut saya Jetorbit sudah cukup mumpuni untuk itu.
Terlebih lagi Jetorbit memiliki layanan Support yang bisa dengan mudah dihubungi dan respons yang cepat.
Jika website atau blog Anda berkembang, Anda selalu bisa mengupgrade ke paket yang lebih tinggi atau yang lebih sesuai.
Pencapaian dan keikutsertaan Jetorbit dalam komunitas/asosiasi memperlihatkan keseriusan provider web hosting ini menjadi provider yang dapat diandalkan.
(1) Tidak ada satu pun produk buatan manusia yang sempurna (2) Buying time promotes happiness (3) Terkadang sesuatu baru terasa nilainya ketika sudah tiada.
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Padahal WordPress.com adalah Software as a Service (Saas) yang saya anggap sangat berkualitas.
Dari peristiwa tersebut saya memperoleh penegasan kembali bahwa:
Tidak ada satu pun produk buatan manusia yang sempurna.
Buying time promotes happiness.
Terkadang sesuatu baru terasa nilainya ketika sudah tiada.
Sabtu, 5 Juni 2021 blog ini mendadak error, ketika saya mencoba menampilkan diakhir.blog yang muncul hanyalah halaman putih, blank.
Beberapa waktu kemudian, theme blog saya berubah dari Twenty Twenty One menjadi theme lain.
Perubahan itu terjadi otomatis, bukan saya yang melakukannya.
Saya memilih kembali Twenty Twenty One, tapi kini theme tersebut jadi berantakan: menu navigasi di bagian atas lenyap tak bisa dipulihkan.
Saya mencoba mengganti ke theme lain, lagi-lagi blog saya berulang kali blank!
Saya pun menghubungi Happiness Engineer melalui chat dan email dan mendapat respons bahwa beberapa laporan serupa juga telah mereka terima.
Artinya ini bukan hanya masalah saya saja, melainkan juga dialami pengguna WordPress.com di berbagai belahan dunia.
Saya diminta menunggu sementara mereka melakukan investigasi.
Beberapa jam kemudian saya mendapat info bahwa ini adalah issue atau bug yang sifatnya fundamental atau mendasar yang dampaknya dirasakan para pengguna WordPress.com.
Mereka yang tidak atau belum merasa mengalami bug tersebut bisa dengan mudah mereplikasi insiden yang banyak dilaporkan para pengguna WordPress.com tersebut.
Caranya sangat mudah, tinggal klik “Advanced General setting”, lalu klik “Save Changes”, seketika website atau blog WordPress.com pun akan langsung blank.
Selanjutnya theme bakal rusak, tidak bisa dipakai dengan normal lagi.
Upaya penyelesaian masalah tersebut terdokumentasi pada issue Github berjudul:
Pada saat saya mulai mengetik tulisan ini, issue tersebut telah memasuki hari ke-5 namun belum juga terselesaikan.
Saat menulis tulisan ini saya menggunakan themeIndependent Publisher 2 yang belum rusak dan berharap bisa segera kembali menggunakan theme Twenty Twenty atau Twenty Twenty One lagi.
Update 28 Juni 2021: Bug telah terselesaikan. Saya mendapat kompensasi berupa partial refund 45 USD (sekitar 650 ribu rupiah).
Dari kejadian tersebut ada 3 pelajaran yang saya peroleh.
1. Tidak Ada Satu pun Produk Buatan Manusia yang Sempurna
Padahal di postingan sebelumnya di blog ini saya mengapresiasi ketangguhan WordPress.com yang salah satu keunggulannya jika dibandingkan dengan WordPress versi self-hostednya adalah lebih kecil peluangnya untuk error. Ternyata WordPress.com pun bisa punya error yang sangat mengganggu kenyamanan penggunanya juga.
Tadinya saya pikir error yang muncul ini hanya akan berlangsung sebentar saja.
Saya pun juga tadinya tidak menduga suatu saat akan mengalami masalah semacam ini di WordPress.com: layar yang blank dan theme yang pada broken.
Tetapi ini benar-benar terjadi, dan bahkan selama berhari-hari tak kunjung terselesaikan.
Maka yang menjadi masalah bukan hanya sekadar terjadi bug atau issue-nya, melainkan jangka waktu penyelesaian yang ternyata memakan waktu yang cukup lama.
Tentu waktu penyelesaian yang lama ini tidak menjadi masalah jika error yang terjadi tidak signifikan, tetapi ini error yang signifikan sehingga benar-benar sangat mengganggu.
Ini ibarat saya punya akun Facebook tetapi tidak bisa mengupload foto atau punya Twitter tetapi tidak bisa mention, selama berhari-hari.
Seperti saya tulis barusan, tidak ada produk buatan manusia yang sempurna.
Saya teringat kejadian di 2015 silam ketika bahkan perusahaan sebesar Google pun pernah nyaris kehilangan harta paling berharga milik mereka: domain google.com.
Jika itu masih kurang aneh, perhatikan harga jualnya: 12 dolar saja!
Bukan Rp1 triliun, bukan Rp100 miliar, melaikan hanya 12 dolar, tak sampai Rp200 ribu.
Jadi entah error apa yang terjadi pada saat itu, seseorang berhasil membeli domain google.com dengan harga teramat sangat murah.
Ini jelas menjadi masalah besar bagi Google jika mereka tidak berhasil mengambil kembali domain tersebut.
Memang sih sang pembeli domain tidak akan bisa menggunakan domain tersebut karena terkait dengan hak cipta merk atau brand Google. Akan tetapi tidak ada larangan untuk sekadar menyimpannya saja.
Namun kemudian masalah itu pun berhasil terselesaikan dengan baik.
Sang pembeli berkenan menyerahkan domain tersebut kepada Google dengan sejumlah uang sebagai kompensasi dan dia pun mendonasikan uang tersebut.
Happy ending.
Wah, kalau kita meneliti lebih dalam hal-hal semacam ini mungkin kita bisa membuat daftar panjang.
Itu semua hanya menjadi bukti bahwa tidak ada produk buatan manusia yang benar-benar sempurna.
Nah, salah satu manfaat dari menyadari bahwa tidak ada produk buatan manusia yang sempurna adalah mencegah kita dari keragu-raguan mengeksekusi niat atau ide baik yang kita punya dengan alasan takut tidak sempurna.
Tak sedikit orang yang merasa ragu melakukan apa yang menurutnya ide yang baik tapi takut kalau dijalankan hasilnya tidak bagus.
Contohnya, ada orang yang ingin berbagi pengetahuan yang dia miliki dengan cara menulis blog, tapi dia tidak juga mewujudkan niat tersebut karena.. takut blognya tidak ada yang mengunjungi.
Saya sendiri pernah mengalami, tak kunjung menulis blog meski sudah punya niat blogging sejak lama.
Alasannya karena takut tidak konsisten dan tidak bisa bikin blog yang bagus.
Dengan menyadari tidak ada buatan manusia yang akan sempurna, maka tidak ada lagi alasan untuk takut memulai.
Karena keinginan menghasilkan karya yang sempurna pada akhirnya hanyalah ilusi yang menghambat untuk mulai berkreasi.
Tulisan tersebut mengulas intisari kuliah umum TEDx yang disampaikan oleh Olivia Remes dari University of Cambridge, “How to Cope with Anxiety” atau “Bagaimana Mengatasi Kecemasan”.
Olivia Remes menyampaikan ada 3 strategi untuk mengatasi kecemasan:
Do It for Someone Else (lakukan untuk orang atau pihak lain).
“Do It badly” adalah saran yang relevan pada bagian ini.
“Do It badly” bukan berarti melakukan dengan asal-asalan.
Ini tidak diartikan secara harfiah.
Melainkan begini, sebagian orang, terutama yang punya mental perfeksionis, tidak ingin mulai melakukan sesuatu yang kecuali dia yakin akan bisa melakukannya dengan baik.
Maka jargon “do it badly” ini bermakna, ya sudah, jalankan saja sekarang juga apa yang ingin Anda lakukan. Meskipun menurut dugaan Anda hasilnya tidak akan sempurna.
Mulai saja meski Anda merasa lagi payah-payahnya, sedang buruk-buruknya.
Lakukan saja, tanpa perlu menunggu segalanya sempurna.
Ingatlah, bahkan perusahan global sekelas Google pun pernah nyaris kehilangan domain google.com.
Ingatlah, bahkan WordPress.com pun pernah memiliki bug yang sangat mengganggu yang tidak bisa ditemukan penyelesaiannya dengan segera.
2. Buying Time Promotes Happiness
Alasan saya memilih Software as a Service (SaaS) WordPress.com untuk blog ini adalah peluang errornya yang lebih kecil.
Karena batasan-batasan yang diberlakukan, peluang terjadinya error di WordPress.com akan lebih kecil dibanding di WordPress.org yang bisa diotak-atik sebebas-bebasnya oleh yang punya blog.
Apabila ada error pun saya tidak perlu banyak repot-repot.
Hanya tinggal bikin tiket laporan, selanjutnya tinggal menunggu masalah terselesaikan.
Saya tinggal menikmati kopi saja sambil menunggu permasalahan terselesaikan.
Persis seperti apa yang ditulis Troy Hunt (Microsoft Regional Director and MVP dan pakar IT) di blognya yang menggunakan managed Ghost, ketika blognya down alias tidak bisa diakses, yang dia lakukan hanyalah duduk anteng di kolam renang atau pantai.
Menggunakan SaaS WordPress.com sama saja menyerahkan urusan pengelolaan server, security, dan maintenance mesin WordPress kepada pihak lain yang dipercaya.
Dengan demikian para pengguna layanan WordPress.com bisa lebih fokus untuk memikirkan konten.
Dalam berbagai hal menyerahkan urusan kepada pihak lain bisa membuat seseorang menjadi lebih fokus pada hal yang dianggap lebih penting untuknya.
Contohnya saya pernah mengikuti beberapa pelatihan yang mengharuskan saya menginap di hotel.
Semua peserta pelatihan mendapat fasilitas layanan laundry gratis.
Alhasil saya dan yang lainnya bisa fokus mengikuti jalannya pelatihan dari pagi hingga sore tanpa perlu memikirkan “waduh belum mencuci dan menyetrika baju!”
Contoh lainnya, seseorang membeli mesin cuci 1 tabung yang bisa digunakan untuk mencuci sekaligus untuk mengeringkan cucian secara otomatis.
Sebelumnya dia memiliki mesin cuci 2 tabung yang mana 1 tabung untuk mencuci, 1 tabung untuk mengeringkan cucian, sehingga proses mencuci memerlukan aktivitas manual memindahkan cucian dari tabung pencuci ke tabung pengering.
Dengan mesin cuci yang baru, seakan dia menyerahkan urusan memindahkan cucian dari tabung pencuci ke tabung pengering kepada orang lain (tentu ini hanya kiasan).
Dengan membeli mesin cuci baru tersebut, dia bisa menikmati tambahan waktu untuk melakukan banyak hal lainnya.
Dalam sebuah penelitian yang sangat menarik untuk disimak, berjudul “Buying Time Promotes Happiness“, malah disebutkan bahwa membelanjakan uang pada hal-hal yang bisa menghemat waktu bisa bikin seseorang menjadi lebih bahagia:
“Survei dengan sampel besar dan beragam dari empat negara mengungkapkan bahwa membelanjakan uang untuk layanan yang menghemat waktu memiliki kaitan dengan kepuasan hidup yang lebih besar.
Untuk menetapkan hubungan kausalitas/sebab-akibat (yaitu apa benar pembelian tersebut membuat hidup seseorang lebih puas), kami menunjukkan bahwa orang dewasa yang bekerja melaporkan kebahagiaan yang lebih besar setelah menghabiskan uang untuk pembelian yang menghemat waktu daripada untuk pembelian materi.
Penelitian ini mengungkapkan rute yang sebelumnya belum pernah diteliti dari kekayaan menuju kesejahteraan: menghabiskan uang untuk membeli waktu luang.”
(“Surveys of large, diverse samples from four countries reveal that spending money on time-saving services is linked to greater life satisfaction.
To establish causality, we show that working adults report greater happiness after spending money on a time-saving purchase than on a material purchase.
This research reveals a previously unexamined route from wealth to well-being: spending money to buy free time.“)
Tentu bagaimanapun juga di sini sangat bergantung preferensi atau pilihan pribadi masing-masing.
Ada orang yang justru menikmati menyelesaikan masalah sendiri, dengan begitu bisa belajar untuk menjadi lebih ahli.
Saya punya teman yang ketika komputer di kantornya bermasalah maka matanya jadi berbinar, “Saya suka tantangan untuk memperbaikinya,” katanya.
Semua kembali pada kenyamanan dan kepuasan batin masing-masing.
3. Terkadang Sesuatu Baru Terasa Nilainya ketika Telah Tiada
Banyak hal yang dulu keberadaannya terasa biasa saja.
Saking terbiasanya ada sampai-sampai seolah sudah seharusnya ada.
Namun sesuatu tersebut baru benar-benar terasa nilainya ketika sudah tidak ada atau sedang tidak ada dalam genggaman tangan kita.
Selama menanti pulihnya WordPress.com saya jadi kangen salah satu theme yang selama ini paling lama saya gunakan yaitu Twenty Twenty.
Saat saya menulis tulisan ini, beberapa theme dalam kondisi broken, termasuk Twenty Twenty.
Selama ini saya bisa menggunakannya dan meninggalkannya kapan saja saya mau.
Tetapi kini saya tidak bisa melakukan itu sampai penanganan bug WordPress.com yang saya alami ini berhasil diselesaikan.
Twenty Twenty terasa bikin kangen.
Desainnya jadi semakin terasa luar biasa.
Tidak heran karena dibuat oleh salah seorang desainer theme WordPress yang paling terkenal.
Cerita tentang sang desainer dan latar belakang theme tersebut bisa dinikmati pada artikel berjudul “Så designades Twenty Twenty“.
Artikel tersebut ditulis dalam bahasa Swedia, silakan gunakan fasilitas translator di browser yang Anda gunakan untuk bisa menikmatinya.
Yah, bukankah ini yang sering dialami seorang manusia, baru merasakan nilai sesuatu ketika sesuatu itu tidak lagi bisa dijangkaunya.
Saya pernah kuliah di Jepang selama 2 tahun.
Setelah saya kembali ke Indonesia saya jadi merasa kehilangan beberapa hal yang biasa saya lakukan dulu maupun yang belum pernah saya lakukan selama di Jepang.
Jika merasa kehilangan hal yang dulu saya anggap istimewa (seperti kemana-mana naik sepeda, makan sushi, makan udon, jalan-jalan ke toko mainan) tentu wajar.
Tetapi sekarang saya juga merasa kehilangan kesempatan untuk melakukan hal yang dulu tidak pernah saya pikirkan padahal bisa saya lakukan kalau saya mau.
Contohnya setelah pulang ke Indonesia saya baru kepikiran kenapa dahulu tidak mencoba menjelajah ke tempat-tempat yang sebelumnya tidak ada dalam pikiran saya untuk melakukannya, misalnya menginap di hotel atau penginapan di sekitaran pulau Miyajima.
Padahal saya insya Allah mudah banget waktu itu jika ingin melakukan hal itu.
Atau.. kenapa ya saya dulu tidak bikin blog atau channel Youtube yang isinya hal-hal sederhana tapi menarik saat saya tinggal di sana?
Whillans, A. V., Dunn, W. E., Smeets, P., Bekkers, R., & Norton, M. I. (2017, August 8). Buying time promotes happiness. 114(32), 8523-8527. doi:10.1073/pnas.1706541114.
Featured Image: iStock.com / Barish Baur (Standard License)
Informasi atau pengetahuan esensial bagi yang ingin membeli domain untuk toko online, blog pribadi, atau website bisnis.
Mengulas tuntas (1) Benarkah domain bagaikan sertifikat tanah? (2) Benarkah jangan membeli domain di tempat yang sama dengan menyewa hosting? (3) Checklist beli domain yang aman (4) Rekomendasi tempat beli domain.
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Anda ingin membeli domain untuk website atau blog Anda?
Ok!
Tulisan ini adalah panduan ringkas, esensial, tidak bias, dan saya upayakan seakurat mungkin mengungkap:
(1) Benarkah domain bagaikan sertifikat tanah?
(2) Benarkah jangan membeli domain di tempat yang sama dengan menyewa hosting?
(3) Checklist beli domain yang aman.
(4) Rekomendasi tempat beli domain.
Wait, apa maksud foto di atas?
Silakan lanjut baca dulu ya..
Website atau blog secara umum telah dikenal sebagai salah satu sarana memperoleh penghasilan, baik penghasilan utama maupun sampingan.
Potensi penghasilan tersebut bisa diperoleh dengan:
Membuat website bisnis.
Membuat toko online.
Memasang iklan baik Adsense dan jaringan periklanan lainnya ataupun iklan lepas.
Menulis review berbayar (paid review).
Menyediakan tempat untuk konten pihak lain (content placement).
Menjual jasa backlink.
Menyediakan tempat untuk penulis tamu (guest blogging).
dan lain-lain.
Peluang menikmati “gajian” atau profit dari website atau blog telah menarik minat banyak orang.
Hal ini terbukti dari animo atau antusiasme yang terlihat dalam diskusi-diskusi di grup-grup atau forum-forum bloger, WordPress, jaringan periklanan, internet marketing, dan sebagainya.
Selain menjadi alat berbisnis, website atau blog itu sendiri juga bisa menjadi portofolio dan juga sarana networking.
Misalnya saja saya pernah dihubungi melalui email oleh sebuah perusahaan jasa penyedia data, informasi, dan analisis industri, menawarkan untuk bergabung dengan mereka setelah mereka menemukan blog tentang ekonomi yang saya buat.
Nah, umumnya di berbagai belahan internet kita menjumpai saran agar pemilik website atau blog membeli domain berbayar, daripada menggunakan domain atau subdomain gratis seperti namablog.blogspot.com atau namawebsite.wordpress.com.
Sebenarnya membeli domain berbayar bukanlah benar-benar suatu keharusan, terlebih jika alasan ingin membeli adalah untuk bisa masuk ke halaman pertama hasil pencarian Google.
Karena terbukti beberapa website atau blog yang muncul di halaman pertama pencarian Google adalah campuran yang menggunakan domain berbayar maupun yang menggunakan subdomain gratisan seperti blogspot.com dan wordpress.com.
Jadi baik domain berbayar maupun domain atau subdomain gratis sama-sama punya kesempatan untuk masuk halaman pertama hasil pencarian Google.
Meski demikian, anjuran menggunakan domain berbayar tetap menjadi anjuran yang sangat layak dipertimbangkan.
Selain agar tampak lebih profesional, memiliki domain sendiri membuat suatu website atau blog mudah diingat, misalnya kucing.com lebih mudah diingat daripada kucing.blogspot.com atau kucing.wordpress.com.
1. Domain Bukan Sekadar Brand, melainkan Juga bagaikan Sertifikat Tanah
Domain blog atau website sebenarnya bukan hanya sekadar brand, melainkan juga bagaikan sertifikat tanah.
Saya akan berikan contoh analoginya dalam kisah robot MEGAZORD dan WARTEG favoritnya dalam 2 SKENARIO yang berbeda.
Katakanlah ada sebuah warteg bernama DIAKHIR.COM.
Kemudian ada seorang pelanggan rutin, sebut saja MEGAZORD (bukan nama sebenarnya), senang sekali makan siang di sana.
Ini foto MEGAZORD saat pergi ke warteg DIAKHIR.COM:
Oke, sekarang coba kita bayangkan ada 2 SKENARIO.
Yuk, kita baca pelan-pelan, ya, supaya paham.
Skenario 1
Suatu hari pemilik WARTEG memutuskan mengubah nama wartegnya dari DIAKHIR.COM menjadi DIAKHIR.BLOG.
Jika sebelumnya ada akhiran .COM nya sekarang berubah menjadi akhiran .BLOG.
Beberapa hari kemudian MEGAZORD kangen makan siang di warteg kesayangannya.
Dia pergi ke sana dan melihat nama warteg tersebut berubah dari DIAKHIR.COM menjadi DIAKHIR.BLOG!
Warteg tersebut masih TETAP ada di tempatnya biasa berada.
Koki dan pelayannya masih orang-orang yang SAMA.
Bangunannya juga sama.
Hanya namanya saja yang ganti dari DIAKHIR.COM menjadi DIAKHIR.BLOG.
Seiring berjalannya waktu para pelanggan rutin pun tahu warteg kesayangan mereka sudah punya nama baru.
Pergantian nama berjalan dengan sukses.
Skenario 2
Sekarang bandingkan dengan SKENARIO 2.
Di skenario ini, pemilik warteg bukan hanya berganti nama melainkan juga PINDAH TEMPAT!
Saat MEGAZORD datang ke warteg DIAKHIR.BLOG, inilah pemandangan yang dia temui.
MEGAZORD dan para pelanggan lama Warteg DIAKHIR.BLOG tidak berhasil menemukan di mana warteg unggulan mereka berada!
Perbedaan Skenario 1 dan Skenario 2
Di sini terdapat perbedaan mendasar antara SKENARIO 1 dan SKENARIO 2.
Di SKENARIO 1, WARTEG idola tersebut sebenarnya masih berada di tempat yang sama, hanya berganti nama saja.
Sedangkan di SKENARIO 2, WARTEG tersebut bukan hanya berganti nama melainkan juga pindah tempat.
SKENARIO 1 menggambarkan website atau blog yang domainnya telah berganti nama menjadi DIAKHIR.BLOG, namun si pemilik masih memiliki domain lamanya(DIAKHIR.COM).
Peralihan atau pergantian domain akan menjadi mudah, dia tinggal melakukan REDIRECT dari DIAKHIR.COM menjadi DIAKHIR.BLOG.
Sehingga semua orang yang mengunjungi DIAKHIR.COM secara otomatis akan dialihkan ke DIAKHIR.BLOG.
Ini berbeda dengan SKENARIO 2 di mana si pemilik tidak melakukan REDIRECT yang disebabkan:
(1) Dia memang sengaja tidak melakukannya.
Atau..
(2) Sebenarnya dia ingin melakukannya tetapi TIDAK BISA, karena kehilangan kepemilikan domain lamanya.
Sebagai akibatnya, para pengunjung DIAKHIR.COM tidak bisa mengakses blog tersebut dan tidak tahu bahwa blog tersebut telah berganti nama menjadi DIAKHIR.BLOG.
Maka perlakukanlah domain bukan hanya sebagai branding melainkan juga layaknya sertifikat tanah.
Website atau blog yang sudah banyak pengunjungnya namun kemudian berganti domain, jika tidak dilakukan redirect maka akan kehilangan trafiknya sebab para pengunjung lamanya tidak tahu mengenai pergantian tersebut.
Pegang erat-erat domain Anda, jika memang Anda benar-benar menganggapnya penting.
Sebab mengganti domain bisa menjadi perkara yang tidak menyenangkan jika Anda tidak memiliki domain lama Anda agar bisa melakukan redirect.
Alasan saya membuat tulisan ini karena saya pernah beberapa kali membaca keluhan di grup bloger dari orang-orang yang tertipu dalam membeli domain.
Beberapa orang membeli domain dengan harga yang murah.
Membeli dengan harga yang tidak wajar.
Begitu berjalan beberapa bulan ternyata domain mereka tidak terkoneksi lagi plus mereka juga tidak punya akses ke panel domain yang semestinya menjadi hak mereka.
Kasus-kasus semacam itu tentu merugikan, bukan hanya uang melainkan juga waktu dan energi. Terlebih jika telah berhasil meraih trafik yang berlimpah.
Jika domain seseorang mendadak tak bisa diakses maka dia akan rugi.
Risiko semacam itu bisa dihindari jika pembeli domain lebih berhati-hati dan melakukan riset terlebih dahulu sebelum memutuskan membeli domain.
2. Benarkah Jangan Membeli Domain dan Menyewa Layanan Web Hosting di Tempat yang Sama?
Salah satu saran yang kerap kali disampaikan di berbagai tulisan tips membeli domain adalah janganlah Anda membeli domain di tempat yang sama dengan Anda menyewa web hosting.
Misal, jangan beli domain sekaligus menyewa layanan web hosting di provider A.
Silakan beli domain di provider A, tapi web hostingnya sewa di tempat lain.
Alasannya, jika terjadi sesuatu yang buruk pada layanan web hosting A, misal mendadak bubar, maka seseorang akan kehilangan domain dan blog/website sekaligus.
Alasan lainnya, ketika seseorang kecewa dengan pelayanan web hosting A, bisa jadi dia akan dipersulit ketika akan memindahkan atau mentransfer domain anda ke provider lain.
Terkait saran tersebut saya berbeda pendapat!
Menurut saya saran tersebut malah bisa misleading, alias bisa bikin keliru karena tidak menyentuh akar permasalahan sebenarnya.
Kasus di atas bisa saja terjadi tetapi akar masalahnya bukan karena membeli domain dan web hosting di tempat yang sama, melainkan karena sejak awal sudah salah dalam memilih providernya.
“Saya tidak akan merekomendasikan Anda mempercayakan nama domain Anda pada perusahaan yang tidak Anda percaya.
Percaya, bagaimanapun juga, adalah kata yang berperan penting di sini.
Mengapa Anda bekerjasama dengan provider yang tidak Anda percaya pada kesempatan pertama?
Anda ragu dengan mereka?
Tidak yakin mereka akan bertahan lama?
Ya sudah jangan pakai mereka sejak awal.”
(“I wouldn’t recommend keeping your domain name with a company you don’t trust.
Trust, however, is the operative word.
Why are you working with a service provider you don’t trust in the first place?
Have doubts?
Not sure of their longevity?
Don’t use them in the first place.“)
Fokusnya ada pada memilih provider yang dipercaya sejak awal.
Jadi kalau belum apa-apa sudah punya perasaan tidak enak, “ini provider kok kayanya meragukan, bagaimana kalau domain saya nanti ditahan, bagaimana kalau dia bangkrut dan menghilang”, ya sudah, sejak awal janganlah memilih provider tersebut!
Permasalahannya adalah terkadang orang tergiur harga yang murah sehingga mengabaikan masalah trust itu.
Ini biasanya lebih sering terjadi pada orang yang belum pernah membeli domain sebelumnya.
Saya sendiri di awal mula memutuskan memiliki domain berbayar di kisaran tahun 2010 silam, membelinya kepada sebuah provider tanpa riset terlebih dahulu.
Sekarang provider tersebut berada dalam kondisi hidup segan mati tak mau.
Websitenya sih masih ada, tapi ya itu tadi hidup segan mati tak mau.
Anda akan memahami maksud saya jika Anda juga mengunjungi website provider yang saya maksud.
Syukurlah, saya sejak lama sudah memindahkan domain-domain saya dari provider tersebut.
Apa gunanya membagi dua, domain di provider A, web hosting di provider B, jika kedua provider tersebut tidak berhasil membuat kita merasa aman sejak awal?
Apa gunanya jika sejak awal kita merasa kedua provider tersebut sama-sama kurang meyakinkan?
Menggabungkan domain dan web hosting di tempat yang sama insya Allah akan aman-aman saja selama kita memilih provider yang tepercaya.
Sebaliknya, sekadar memilih provider domain dan web hosting yang berbeda tidak akan mengurangi risiko ketika kedua provider tersebut sejak awal tampak meragukan.
Di mana pun membeli domain dan menyewa web hostingnya, pilihlah provider yang tepercaya.
Akan tetapi bagaimanapun juga tidak ada keharusan membeli domain dan web hosting di tempat yang sama.
Anda tetap selalu bisa membeli di tempat terpisah, tidak masalah.
Sebab selain faktor trust dan reputasi ada juga faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti harga (lebih murah, tetapi tetap dalam batas wajar), spesifikasi, dan fasilitas yang disediakan.
Sebagai contoh ada provider domain tepercaya tetapi harga layanan web hosting-nya relatif lebih tinggi dibanding di tempat lain, ada juga yang spesifikasinya terlalu rendah jika dibanding di tempat lain.
Di sini saya hanya ingin bilang tidak ada keharusan memisahkan tempat membeli domain dan web hosting, saya tidak bilang harus membeli di tempat yang sama.
3. Apa yang Harus Dipastikan dalam Membeli Domain
Berikut ini beberapa hal yang perlu dipastikan atau terpenuhi saat membeli domain.
Semakin bisa memenuhi poin-poin ini insya Allah semakin aman:
A. Pilihlah tempat yang legalitasnya jelas dan telah cukup lama beroperasi
Beberapa kali saya membaca keluhan di forum atau grup FB, keluhan telah tertipu oleh provider X (sebut saja begitu).
Kemudian respons orang-orang pun kira-kira begini:
“NGOMONG-NGOMONG, ANDA TAHU ADA PROVIDER X ITU DARI MANA?”
“TAHUKAH ANDA PROVIDER X INI DOMAINNYA BARU AKTIF BEBERAPA HARI/BULAN YANG LALU?”
Percayalah, Anda tidak ingin menemui hari ketika Anda mencoba mengakses client area web hosting pilihan Anda lalu yang Anda temui adalah halaman ini:
Website provider web hostingnya tidak bisa diakses!
B. Wajib riset, baca berbagai review di internet
Dulu di masa awal saya mengenal domain, saya pernah membeli domain di salah satu provider luar negeri, baru klik “order“, pesanannya belum saya bayar, eh ternyata domainnya sudah diberikan kepada saya.
Saya tidak merasa nyaman dengan sistem semacam itu karena dikuatirkan ada produk yang diberikan kepada saya tanpa saya sempat meninjaunya kembali tahu-tahu dikasih tagihan.
Kalau yang diberikan hanya domain saja sesuai pesanan tentu tidak apa-apa, bagaimana kalau diam-diam dimasukkan add-on alias fasilitas tambahan yang tidak saya minta lalu tahu-tahu saya dapat tagihan?
Maka keesokan harinya saya langsung batalkan pembelian domain tersebut.
Kemudian saya diminta membayar sejumlah uang ke provider tersebut yang langsung buru-buru saya bayar agar segera lepas dari urusan tersebut.
Membayarnya juga tidak bisa lewat kartu kredit, harus lewat transfer bank antarnegara.
Sungguh merepotkan!
Setelah saya membaca-baca lagi review provider tersebut di dunia maya akhirnya saya mendapat gambaran bahwa provider tersebut memang tidak direkomendasikan.
Malah ada yang jelas-jelas menyebutnya penipu atau scammer.
Keluhan-keluhan itu ternyata ada tetapi sayanya saja yang saat itu malas mencarinya.
Maka saya pun menerima akibat yang mestinya bisa saya hindari.
Ada banyak provider penjual domain yang punya citra bagus, maka mengapa saya malah mampir ke provider yang buruk, tentu suatu yang patut saya pertanyakan kepada diri saya sendiri.
C. Wajib punya akses ke kode EPP (Extensible Provisioning Protocol)
Ini adalah kode rahasia yang dibutuhkan oleh pemilik domain yang ingin mentransfer atau memindahkan domainnya ke provider lain.
Tanyakan pada provider Anda bagaimana cara memperoleh kode ini.
Seseorang tidak bisa disebut sebagai pemilik suatu domain jika dia tidak bisa mengakses kode ini.
Perlu diketahui ada juga masa atau periode minimal untuk memperoleh kode EPP ini, bisa beberapa bulan bisa 1 tahun, yang penting alasannya logis. Misalnya jika Anda mendapat harga promo dengan syarat selama 1 tahun tidak boleh pindah provider (sehingga Anda tidak diberi kode EPP kecuali setelah 1 tahun berakhir).
D. Wajib punya akses ke Whois domain serta memastikan mengisi dengan data yang benar
Intinya pembeli harus bisa mengisi data Whois domainnya.
Domain untuk pribadi isi dengan nama pribadi, domain untuk perusahaan atau sekolah diisi sesuai ketentuan.
Berdasarkan ketentuan yang diterima secara global, pemilik domain adalah yang namanya tertulis di Whois domain tersebut.
Jika seseorang punya domain dan menggunakannya buat blognya, tak peduli berapa lama dia merasa telah memilikinya jika yang tertulis di Whois adalah nama orang lain maka sejatinya domain itu bukan miliknya, melainkan milik orang yang namanya tertulis di Whois.
Jika terjadi sengketa, kemungkinan dia tidak bisa memperoleh domain tersebut. Kecuali jika menyangkut hak cipta yang bisa dia buktikan.
E. Pastikan harganya wajar atau jika terlalu murah pastikan ada promo yang menyertai
Misalnya harga sebuah domain .com dijual seharga 1 dolar saja (itu terlalu murah) karena promo di awal pembelian, perhatikan apakah setelah promonya habis harganya kembali normal.
Beberapa provider menyediakan promo domain gratis bagi penyewa layanan web hosting mereka di paket tertentu.
Intinya pastikan semuanya wajar.
F. Aktifkan notifikasi atau email pemberitahuan domain yang menjelang kadaluarsa
Pernah ada kasus ketika domain lupa diperpanjang maka domain tersebut mesti ditebus dengan harga berkali lipat.
Adanya notifikasi diharapkan bisa mencegah hal tersebut terjadi.
4. Rekomendasi Tempat Terbaik untuk Membeli Domain
Yang saya tulis di sini bukan berarti yang terbaik dari semua pilihan yang ada, melainkan hanya contoh yang saya tulis karena saya sendiri pernah mencobanya.
Anda bisa memilih provider lainnya selama memenuhi persyaratan yang disebutkan di bagian 3.
Baiklah, ini rekomendasi saya untuk tempat membeli domain terbaik:
Sekali lagi saya sampaikan daftar di atas adalah berdasarkan pengalaman saya membeli domain.
Bukan berarti tidak ada lagi yang lebih baik dari kedelapan penyedia domain tersebut.
Dari 8 rekomendasi tersebut saat ini saya hanya menggunakan WordPress.com, Namecheap, DomaiNesia, Jetorbit, dan IDCloudHost sebagai provider domain saya dan klien saya.
Saya sudah tidak menggunakan 3 provider lainnya (Qwords, IDwebhost, dan Rumahweb) dengan alasan simplifikasi atau penyederhanaan.
5. Kesimpulan: Tanyakan Diri Anda Seberapa Penting Sebuah Domain bagi Anda?
Apakah seseorang perlu mencari tahu atau riset sebelum membeli domain dan memastikan poin-poin sebagaimana di tulisan ini atau tidak tentu sangat bergantung bagaimana orang tersebut menilai domainnya.
Jika baginya domain tersebut penting maka tentu akan mencari tempat yang terbaik untuk membelinya.
Sebagaimana orang tua yang sayang anak-anaknya tentu akan berhati-hati dalam memilihkan makanan atau sekolah.
Atau orang yang punya emas batangan lalu menyimpannya di lemari besi atau tempat yang aman, bukan ditebar di halaman rumah.
Sebaliknya, jika domain itu tidak dianggap penting, misalnya hanya sekadar iseng-iseng dan kalaupun hilang tidak mengapa, maka bebas membeli di mana saja.
Informasi atau pengetahuan esensial bagi yang ingin membuat toko online, blog pribadi, atau website bisnis menggunakan WordPress.
Mengulas tuntas (1) Perbedaan WordPress.com dan WordPress.org (2) Review WordPress.com BUSINESS plan (3) Kinerja WordPress.com PREMIUM plan (uptime, load impact, dan kecepatan).
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Tidak semua informasi yang dijumpai di dunia maya valid atau akurat.
Termasuk informasi perbedaan WordPress.com dan WordPress.org.
Sehingga akan menyulitkan para pemula untuk memilih platform mana yang cocok ketika ingin membuat toko online, blog pribadi, atau website untuk usaha mereka.
Nah, dalam kesempatan kali ini saya sebagai pengguna WordPress.com yang pernah menggunakan BUSINESS plan-nya dan sekarang menggunakan PREMIUM plan akan mengungkap hal-hal esensial tersebut.
Hal yang akan saya angkat dalam tulisan ini antara lain perbedaan WordPress.com dan WordPress.org, kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta mana yang cocok untuk dipilih.
Saya menganggap informasi tersebut esensial atau penting karena WordPress.com BUSINESS plan ini memiliki kemiripan dengan WordPress.org sehingga bisa menjadi alternatif bagi mereka yang menyukai fitur-fitur di WordPress.org.
Terakhir, saya akan memperlihatkan hasil pengujian kinerja WordPress.com PREMIUM plan (paket atau plan yang berada 1 tingkat di bawah BUSINESS plan) berupa uptime, load impact, dan kecepatan.
Tulisan ini pertama kali saya buat pada tahun 2021, jadi sangat mungkin sekarang ini sudah ada perubahan-perubahan sebelum saya sempat mengupdatenya.
Oleh karena itu Anda bisa mengunjungi website-website atau tautan-tautan yang saya sebutkan di artikel ini untuk memperoleh informasi terbaru.
Anda juga bisa bertanya dengan menulis komentar, saya akan mencoba menjawab yang saya ketahui.
1. Apa Itu WordPress?
WordPress adalah salah satu free & open sourcecontent management system (CMS).
CMS adalah software yang berfungsi untuk mengelola konten, baik itu menulis, menyimpan, maupun menyajikan konten tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan free open source artinya pada prinsipnya setiap orang bisa mengakses dan menggunakan WordPress tanpa biaya serta bisa mengotak-atik isi di dalamnya selama memenuhi ketentuan General Public License, yang memberi 4 kebebasan:
Menggunakannya untuk berbagai tujuan.
Mempelajari bagaimana ia bekerja dan mengubahnya untuk melakukan apa yang Anda inginkan.
Menyebarkannya.
Menyebarkan hasil modifikasi Anda kepada orang lain.
Sejarah WordPress bermula di tahun 2003 ketika Mike Little dan Matt Mullenweg memutuskan melakukan fork (istilah di bidang software engineering untuk kegiatan “mengopi/menyalin source code suatu software untuk menciptakan software baru yang berbeda”) pada software B2/Cafelog.
Hal itu mereka lakukan karena pada saat itu pengembangan B2/Cafelog mengalami kebuntuan dan diwarnai kisah dramatis.
Inisiatif kedua orang tersebut memperoleh respons positif dari para developer sehingga bergabunglah para kontributor dari berbagai negara untuk bersama-sama membangun WordPress.
Kini WordPress menjadi CMS yang paling banyak di gunakan.
Selain WordPress, masih ada platform lainnya untuk membuat blog maupun website yaitu Blogger, Silvrback, Ghost, Weebly, Posthaven, Svbtle, dan lain-lain.
Dalam artikel ini saya akan berfokus pada WordPress.
Sedangkan yang lainnya mungkin kapan-kapan akan saya ulas juga.
2. Apa Itu WordPress COM?
WordPress.com adalah ekosistem WordPress yang disediakan atau dikelola oleh Automattic, perusahan yang didirikan oleh Matt Mullenweg.
Jadi begini, WordPress itu kan sebenarnya free, setiap orang bebas menggunakannya tanpa dipungut biaya apa-apa.
Hanya saja WordPress itu sendiri sebenarnya hanyalah engine atau mesin yang tidak akan berfungsi seperti yang diharapkan jika tidak ada tempat bernaungnya atau inang, peladen, atau yang disebut dengan server.
Nah, WordPress.com itu adalah ekosistem di mana mesin WordPress di-host atau ditampung oleh server milik Automattic, yang berfungsi untuk memberi akses kepada semua orang yang ingin menggunakan WordPress tetapi memiliki keterbatasan kemampuan teknis, waktu, dan energi untuk mengelola server dan memelihara mesin WordPress itu sendiri.
Untuk memahami seperti apa ekosistem WordPress.com, mari kita lihat ilustrasi berikut:
Pada gambar di atas, WordPress.com dianalogikan sebagai sebuah rumah yang boleh digunakan secara gratis yang di dalamnya sudah dipasang mesin WordPress.
Mesin yang terpasang di rumah tersebut hanya boleh WordPress saja tidak bisa diganti dengan mesin lainnya.
WordPress sudah terpasang secara permanen.
Di dalam rumah tesebut sudah disediakan perabot dasar yang sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar membuat blog atau website.
Pengguna rumah tersebut tidak diperkenankan membawa barang-barang perlengkapan tambahan, pokoknya silakan gunakan saja apa yang telah disediakan.
Jika ingin menambah perabot, maka mesti membayar biaya tambahan alias melakukan upgrade.
Jika Anda ingin tetap menempati rumah tersebut secara gratis Anda harus menerima apa adanya dari isi rumah tersebut.
Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, yaitu perbandingan harga paket WordPress.com, semakin ke kanan semakin mahal, sekaligus semakin memberikan fasilitas dan fleksibilitas.
Para pengguna WordPress.com bisa langsung mendaftar dan membuat tulisan, berjualan, dan melakukan berbagai hal, secara gratis, tidak dipungut biaya apa-apa.
Akan tetapi, dengan beberapa keterbatasan, misalnya tidak bisa menginstal plugin (analogi perabot tambahan).
Untuk menunjang kebutuhan dasar blogging dan membuat website, Automattic telah menginstal all in one plugin bernama Jetpack ke dalam WordPress.com.
Inilah perabot bawaan yang boleh langsung digunakan tetapi juga tidak bisa dipindahkan atau dikeluarkan dari rumah.
Keterbatasan lainnya yaitu tidak bisa menginstal theme atau template selain dari apa yang telah disediakan di dalam ekosistem WordPress.com.
Serta adanya peraturan yang lebih ketat ketimbang di WordPress hosting sendiri (self-hosted)/WordPress.org yang nanti akan diuraikan di bagian setelah ini.
Hanya saja mitigasi yang dilakukan oleh tim engineer pengelola WordPress.com memperkecil kemungkinan tersebut.
Berbagai batasan yang ditetapkan di WordPress.com salah satunya untuk mengurangi risiko tersebut.
(7) Dikelola oleh orang-orang yang berada di balik WordPress, sehingga tentunya mereka sangat memahami apa yang harus dilakukan agar WordPress bisa tampil mumpuni dan tampan.
(1) Tidak bisa menginstal plugin di paket FREE, PERSONAL, dan PREMIUM.
Semua kebutuhan operasional di ketiga paket tersebut mengandalkan plugin Jetpack yang terinstal otomatis.
Plugin bebas baru bisa diinstal di paket BUSINESS ke atas.
(2) Tidak bisa menginstal theme di luar apa yang telah disediakan di paket FREE, PERSONAL, dan PREMIUM.
Theme bebas baru bisa diinstal di paket BUSINESS ke atas.
(3) Paket gratisnya (FREE) membawa nama WordPress.com di belakangnya, misal kucingkucingyanglucu .wordpress.com.
(4) Permalinknya mungkin tidak semua orang akan merasa cocok dengannya, yaitu ada tahun, bulan, dan tanggalnya, contohnya: diakhir.blog /2021/05/31/ mengapa-blog-ini-ada/
Ini tidak bisa diubah kecuali di paket BUSINESS ke atas.
(5) Tidak boleh memasang iklan Adsense maupun program iklan lainnya.
Akan tetapi disediakan program iklan milik WordPress.com yaitu WordAds.
Untuk memasang WordAds, pemilik akun WordPress.com bisa mengajukan aplikasi pendaftaran atau bisa juga dengan cara mengupgrade ke paket PREMIUM ke atas.
(6) Untuk bisa memakai domain sendiri (misalnya diakhir.blog) serta memperoleh fleksibilitas dan kapasitas yang lebih besar perlu mengupgrade (artinya mesti bayar).
(7) Pilihan metode pembayaran yang cukup terbatas, yaitu kartu kredit, PayPal, dan bank lokal untuk negara tertentu.
Saat tulisan ini saya buat, pengguna dari Indonesia tidak bisa melakukan pembayaran upgrade dengan menggunakan PayPal.
Bagi yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang apa yang terjadi di dalam eksosistem WordPress.com bisa menyimak video berjudul “David Newman – A Tale of 2 Systems“ (silakan klik judul tersebut).
Deskripsi video yang dibuat tahun 2017 ini cukup menjelaskan keseruan pembahasannya:
Give an overview of the infrastructure of WordPress.com, the largest WordPress multi-site installation to date with over a billion database tables.
Detailing how we scale each component from DB sharding, request caching, images, etc., as well as some focus on code deployment and DDoS mitigation.
With the second half of the talk covering our container-based single instance WordPress hosting platform for VIP Clients.
3. Apa Itu WordPress ORG atau Self-Hosted WordPress?
Bagi orang-orang yang ingin memperoleh fleksibilitas yang lebih besar, mereka bisa mencari rumah sendiri untuk mesin WordPress.
Rumah tersebut disebut sebagai layanan web hosting sedangkan mesin WordPress yang digunakan disebut sebagai self-hosted WordPress atau WordPress.org.
Dahulu, orang yang ingin menggunakan WordPress perlu mendownloadsoftware tersebut dari website WordPress.org. Kemudian mereka menginstalnya di komputer dan membuatnya online, atau bisa juga memindahkannya ke web hosting.
Sekarang mayoritas web hosting, jika tidak semuanya, telah menyediakan fitur instal WordPress yang lebih mudah, tinggal klik beberapa kali saja setiap orang bisa memiliki blog atau website WordPress.
WordPress tipe ini disebut self-hosted WordPress, atau WordPress yang diinstal di server pilihan sendiri, baik di server milik sendiri (bahkan bisa di rumah!) maupun menyewa layanan web hosting.
Ekosistem WordPress.org atau self-hosted WordPress seperti rumah yang disewa untuk menempatkan mesin WordPress sebagaimana ilustrasi berikut:
Penyewa rumah tersebut boleh membawa perlengkapan dari luar, boleh bawa hewan peliharaan, boleh parkir kendaraan, dan sebagainya, selama masih di dalam batas yang ditetapkan oleh pemilik rumah yang asli.
Batasan dimaksud antara lain CPU, RAM, IO, inodes, dan lain-lain yang akan kita diskusikan di tulisan yang lain.
Oh, iya, penyewa rumah boleh menaruh mesin lain selain WordPress. Dia bisa menaruh mesin Joomla, Drupal, dan banyak lagi.
Dia juga bisa membuat dan memasang mesin buatan sendiri.
Oleh karena itu bisa dibilang, meski tetap ada batasan namun secara umum masih lebih fleksibel ketimbang di ekosistem WordPress.com.
Kelebihan WordPress.org (Self-Hosted WordPress):
(1) Bebas menginstal plugin.
(2) Bebas menginstal theme.
Pilihan themenya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan di WordPress.com paket PREMIUM ke bawah.
(3) Bisa menggunakan nama domain sendiri (misal diakhir.blog atau diakhir.com).
(4) Harga sewa web hosting relatif terjangkau.
Mulai dari 10 ribu rupiah per bulan juga ada.
Kekurangan WordPress.org (Self-Hosted WordPress):
(1) Berbeda dengan di ekosistem WordPress.com yang mana keamanan diperoleh dengan menjaga ID dan password saja, keamanan di ekosistem WordPress.org dipengaruhi tindakan penyewa web hosting, antara lain mesti rutin mengupdate mesin WordPress, plugin, dan themenya.
(2) Uptime sangat bergantung ketangguhan layanan web hosting yang dipilih.
(3) Ada kemungkinan kegagalan sistem jika salah menginstal atau mengupdate.
Tetapi hal ini bisa ditanggulangi dengan melakukan backup rutin.
(4) Memerlukan kemampuan teknis untuk bisa menghasilkan website atau blog yang berjalan dengan tampan, seperti cara mengatur setting pada plugin untuk cache (seperti Litespeed Cache atau WP Super Cache) atau cara mengaktifkan gzip compression misalnya.
Tetapi pada umumnya ada tutorialnya yang bisa dicari di Google.
4. Pilih WordPress.com atau WordPress.org?
Nah, ini benar-benar bergantung pada kebutuhan dan personal taste masing-masing orang.
Jadi begini, terkadang ada anggapan seperti ini: WordPress.com untuk pemula, WordPress.org untuk tingkat yang lebih mahir.
Saya pikir anggapan ini ada benarnya, tetapi tidak sepenuhnya benar, saya lebih memilih membaginya seperti ini:
WordPress.com untuk orang yang mengutamakan kenyamanan ketimbang fleksibilitas. Buat penulis yang hanya perlu menulis, saya pikir WordPress.com sudah cukup mumpuni.
Sedangkan
WordPress.org untuk orang yang mengutamakan fleksibilitas ketimbang kenyamanan. Buat yang ingin mengeksplorasi berbagai fitur WordPress maka WordPress.org adalah pilihan yang tepat.
Contoh kenyamanan vs fleksibilitas tadi bisa dilihat misalnya di artikel berikut: troyhunt.com/ its-a-new-blog/, yang mengungkap kisah Troy Hunt memutuskan blogging platform yang digunakan oleh dia dan istrinya.
Troy Hunt ini seorang Microsoft Regional Director and MVP dan pakar IT yang menciptakan website https://haveibeenpwned.com/, sebuah website untuk mencari tahu apakah akun email seseorang telah menjadi korban pembobolan data.
Di artikel tersebut dia mengungkap bahwa dia memilih sebuah layanan blogging platform bernama Ghost.
Sebagai seorang pakar IT yang bisa berbuat banyak hal, ternyata dia lebih memilih menggunakan Ghost Pro yaitu layanan Ghost yang dikelola oleh pihak pengembang (developer) Ghost.
Sehingga dia bisa fokus menulis tanpa harus memikirkan hal-hal teknis, sekalipun dia sudah jago.
Sekalipun dia kemungkinan besar malah bisa bikin CMS (content management system) sendiri.
“Apa yang saya rekomendasikan untuk UKM/small business adalah:
jangan self-host,
hindari plugin,
beli domain,
gunakan platform yang sederhana dan bisa diandalkan,
gunakan 2-factor authentication,
miliki 2 orang atau lebih di dalam tim yang bisa memperbarui konten website,
dapatkan bantuan dari SEO lokal.”
(“What I recommend to small businesses is:
never self-host,
avoid plugins,
buy your domain name,
use a simple & reliable platform,
use 2-factor authentication,
have 2+ people internally who can update your site’s content,
get local SEO help.”)
Alasannya agar pelaku small business bisa lebih fokus pada konten website atau blognya ketimbang mengurusi masalah teknis.
Tentunya ini bergantung pada goal atau tujuan dari website atau blog yang Anda bangun.
Misalnya, saat ini saya mengelola website sekolah berupa landing page ke halaman formulir pendaftaran.
Web tersebut menggunakan self-hosted WordPress di layanan web hosting lokal.
Pemilik sekolah tidak berekspektasi websitenya muncul no 1 di halaman pencarian Google karena hanya sekadar brosur online buat warga setempat yang ingin tahu tentang sekolah miliknya.
Maka update dan maintenance website tersebut menjadi jauh lebih mudah buat saya.
Apa yang cocok buat seseorang belum tentu cocok buat orang lain, bukan?
Intinya, Anda yang lebih mengetahui kebutuhan dan preferensi Anda.
5. Review WordPress.com BUSINESS
Seperti saya bilang di pengantar review ini, WordPress.com BUSINESS memiliki kemiripan dengan WordPress.org atau self-hosted, di mana pada paket ini pengguna bisa menginstal theme dan plugin secara hampir bebas.
Hampir bebas? Apa maksudnya?
Silakan baca sampai selesai, saya akan mengungkap bahwa “hampir bebas” itu sendiri sebenarnya bukan masalah.
Di sana saya bertemu dengan Niels Lange, seorang Happiness Engineer (sebutan untuk pegawai Automattic) dan ngobrol sebentar.
Saya bertanya kenapa ya saya tidak bisa menginstal default theme WordPress untuk tahun 2020 bernama “Twenty Twenty” di WordPress.com padahal theme itu sudah dirilis di WordPress.org. Saya pengguna WordPress.com paket PREMIUM.
Niels bilang dia akan mengeceknya dan meminta email saya untuk follow up.
Beberapa hari kemudian, Niels mengirim email ke saya.
Memberitahu bahwa semestinya saya bisa menggunakan theme Twenty Twenty, namun karena alasan yang masih belum diketahui, saya belum bisa menggunakannya di akun WordPress PREMIUM saya.
Sehingga Niels secara sama sekali tak terduga, mengupgrade akun saya menjadi paket BUSINESS selama 2 tahun, tanpa tambahan biaya, karena di paket tersebut Twenty Twenty telah tersedia.
Memperoleh respons tersebut hati saya berbunga-bunga, sekaligus terkejut.
Betapa tidak, saya bisa menggunakan WordPress paket BUSINESS senilai 3 juta setahun.
Wow, sekali lagi wow!
Seperti mendapat durian runtuh, seperti mendapat.. yah, uang 3 juta rupiah!
Eh, sebenarnya malah saya seakan mendapat 6 juta rupiah, karena saya dikasih upgrade ke BUSINESS-nya selama 2 tahun!
Secara ringkas yang saya ingin katakan tentang WordPress BUSINESS adalah paket ini adalah salah satu paket WordPress terbaik yang pernah ada untuk kelas bisnis kecil dan menengah.
Bisa kebayang dong mahalnya sampai enggak ditulis harganya.
Di WordPress BUSINESS plan kita memperoleh berbagai kelebihan di WordPress.com ditambah dengan fleksibilitas yaitu diperbolehkan menginstal plugin dan theme dari luar.
Sekilas ini tampak seperti keterbatasan, memang, tapi keterbatasan yang wajar.
Sebab, sebagian layanan web hosting yang ada di dunia ini pun juga membatasi penggunaan plugin tertentu untuk menjaga keamanan dan kestabilan server mereka.
Malah ada juga kok yang secara eksplisit menyebut larangan menginstal Jetpack, yang bukan hanya merupakan salah satu plugin WordPress paling populer di dunia melainkan juga dibuat oleh orang-orang yang termasuk paling memahami WordPress.
Informasi semacam ini yang terkadang tidak tersampaikan dengan baik.
Menggunakan WordPress self-hosted bukan berarti bisa menginstal sebebas-bebasnya plugin yang ada.
Bahkan plugin yang populer sekalipun ternyata bisa bikin website atau blog WordPress kita ditangguhkan atau dihentikan sementara (suspended) karena memakan sumber daya (resources) yang besar buat menjalankannya.
Ada beberapa hal yang berbeda di WordPress.com BUSINESS plan jika dibandingkan dengan paket-paket di bawahnya (FREE, PERSONAL, dan PREMIUM).
Jika kita menguji website atau blog kita dengan webpagetest.org, maka tiga paket terbawah (FREE, PERSONAL, dan PREMIUM) akan mendeteksi bahwa website atau blog kita menggunakan content delivery network (CDN).
Sedangkan untuk BUSINESS plan, tidak terdeteksi menggunakan CDN, kecuali jika mengaktifkan setting tertentu di Jetpack.
Di paket BUSINESS ini ada satu hal yang paling saya sukai, yaitu fitur backup otomatis per tindakan.
Fitur tersebut memungkinkan kita bisa rewind atau kembali ke momen sebelum melakukan suatu tindakan kapan saja kita mau selama masih di dalam jarak waktu yang ditetapkan.
Misalnya, 5 menit yang lalu saya baru saja menginstal plugin. Saat ini saya bisa kembali ke posisi sebelum menginstal plugin tersebut.
Harga yang relatif mahal (catatan: mahal menurut saya) di WordPress.com BUSINESS plan ini menurut saya sebanding dengan apa yang diperoleh.
Tetapi, meski saya puas dengan paket tersebut saya memutuskan untuk menghentikannya setelah menggunakannya selama satu tahun.
Saya meminta downgrade dan dikabulkan.
But why?
Bukankah tadi saya bilang paket ini keren dan istimewa?
Jawabannya adalah seperti yang saya ungkap di bagian keempat tulisan ini, ada orang-orang yang mengutamakan kenyamanan, ada orang-orang yang mengutamakan fleksibilitas.
Bisa dibilang WordPress.com BUSINESS plan memberikan kombinasi yang pas pada kenyamanan dan fleksibilitas.
Akan tetapi.. fleksibilitas yang diberikan kepada saya rasanya terlalu besar untuk saya.
Jadi begini, bukannya fokus menulis, saya malah asyik mencoba berbagai theme dan plugin serta bereksperimen pada setting yang disediakan.
Bagaimana kalau pilihan ini saya klik, bagaimana kalau pilihan itu dinonaktifkan, dan sebagainya.
Setting AMP pun ada beberapa hal yang perlu saya pelajari. Sedangkan di paket yang lebih rendah (FREE, PERSONAL, dan PREMIUM), untuk setting AMP hanya tinggal geser 1 slider aja.
Kalau seorang penggemar kopi dikasih segelas kopi, dia akan meminum segelas kopi itu saja.
Tetapi kalau dia disodori beberapa gelas kopi yang dibuat dari beragam pilihan biji kopi, mungkin dia ingin mencicipi semuanya.
Bukankah begitu?
Maka sama seperti yang disampaikan Troy Hunt di atas, adakalanya seseorang hanya ingin menulis, tanpa diganggu keinginan mengeksplorasi berbagai pilihan yang ada.
WordPress.com BUSINESS plan ini terlalu canggih buat saya sehingga bikin saya penasaran untuk mengeksplorasi lebih dalam sampai lupa menulis.
Nah, ada satu poin penting di sini yang perlu diketahui segenap pembaca blog ini.
Saat saya meminta downgrade dari BUSINESS plan kembali ke PREMIUM, pihak Happiness Engineer memberitahu saya bahwa kondisi blog saya akan kembali seperti sebelum upgrade.
Sehingga saya mesti membackup blog saya terlebih dahulu.
Saya pun melakukan backup.
Kemudian downgrade dilaksanakan, dan benar, ternyata kondisi blog saya kembali seperti sebelum diupgrade, artinya tulisan yang dibuat setelah upgrade pun hilang.
Maka di sinilah peran backup tadi, untuk memunculkan tulisan-tulisan yang hilang.
Informasi ini penting sekali disampaikan agar jangan sampai ketika sudah downgrade ternyata semua tulisan yang dibuat menjadi lenyap.
6. Kinerja WordPress.com PREMIUM Plan: Uptime, Load Impact, Kecepatan
Automattic adalah perusahaan yang isinya orang-orang yang mestinya termasuk orang-orang yang paling memahami WordPress.
Maka menjadi logis jika saya berekspektasi atau berharap adonan atau racikan yang mereka rancang adalah termasuk yang the best, terbaik di industri.
Tetapi mari kita buktikan dengan beberapa pengujian.
Paket atau plan yang saya gunakan untuk pengujian ini adalah paket PREMIUM, sedangkan blog yang diuji adalah blog ini sendiri, yaitu diakhir.blog.
Khusus pengujian ini saya menggunakan Twenty Twenty One theme, salah satu theme paling ringan.
Alasan pemilihan theme paling ringan ialah sebagai gambaran bahwa jika dengan theme paling ringan saja hasilnya kurang memuaskan apalagi kalau pakai theme yang lebih berat.
(1) Uptime
Uptime menunjukkan total waktu website atau blog Anda online atau dapat diakses, biasanya menggunakan satuan persen dalam jangka waktu tertentu, biasanya per bulan.
Idealnya sebuah website atau blog memiliki uptime 100 persen, artinya setiap detik selalu online tanpa pernah offline (tidak bisa diakses) sedetik pun.
Dengan kata lain kapan pun pengunjung mencoba mengakses website atau blog tersebut maka mereka pasti selalu berhasil selama tidak ada masalah pada jaringan internet mereka.
Akan tetapi realitanya uptime 99,9 persen sudah termasuk pencapaian yang baik, itulah sebabnya kebanyakan layanan web hosting hanya berani menjanjikan jaminan uptime 99,9 persen, ada juga yang menyebut 99 persen saja tanpa angka di belakang koma.
Kita bisa melihat uptime blog yang dihost di WordPress.com dengan melihat di halaman “status” Automattic sebagaimana saya sebut di atas saat mengulas kelebihan WordPress.com.
Akan tetapi kita juga bisa menggunakan tool pengukur uptime pihak ketiga.
Saya menggunakan UptimeRobot versi free alias gratisan yang mana hanya mengukur uptime tiap 5 menit sekali.
Dengan menggunakan UptimeRobot versi gratisan, blog saya belum pernah dilaporkan mengalami down lebih dari 5 menit satu kali pun sejak saya mengukur uptime blog ini pertama kali.
Ini prestasi yang sangat bagus, meski pada dasarnya kita tidak bisa berharap kesempurnaan uptime 100 persen terjadi sepanjang waktu.
Di versi gratis kita bisa menguji dengan maksimal 50 pengguna virtual (virtual user) selama maksimal 12 menit.
Jadi begini, ketika sebuah halaman website atau blog diakses seorang pengunjung, maka website atau blog tersebut akan mengonsumsi resource atau sumber daya dari server tempat website atau blog tersebut berada.
Semakin banyak pengunjungnya, semakin banyak resource yang digunakan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tangguh server website atau blog tersebut dalam menghadapi sejumlah pengunjung.
Di pengujian ini saya menggunakan setting: 50 Virtual Users + 12 menit + 4 jenis tes yang berbeda: Load, Soak, Spike, Stress.
Saya mengujinya pada salah satu halaman di blog saya yang merupakan artikel berjudul “Tagihan Internet 55 Ribu Yen” yang terdiri dari 1 gambar besar (featured image) dan tulisan.
Hasil Pengujian Load Impact dengan Mode: Load
Hasil tes load impact dengan mode: load yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 20.891 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 384 milidetik.
Hasil Pengujian Load Impact dengan Mode: Soak
Hasil tes load impact dengan mode: soak yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 23.296 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 394 milidetik.
Hasil Pengujian Load impact dengan Mode: Spike
Hasil tes load impact dengan mode: spike yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 17.006 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 410 milidetik.
Hasil Pengujian Load Impact dengan Mode: Stress
Hasil tes load impact dengan mode: stress yang mengirimkan 50 virtual users selama 12 menit pada halaman yang diuji memperlihatkan sebanyak 15.372 request berhasil tertangani tanpa ada error (HTTP failures) dengan rerata response time 408 milidetik.
Hasil pengujian PageSpeed Insight memperlihatkan skor hijau 94 untuk mobile dan 97 untuk desktop.
Sebenarnya saya tidak terlalu berharap dapat skor sempurna untuk pengujian ini dikarenakan sulitnya memperoleh skor yang sempurna — 100 untuk mobile maupun desktop — atau setidaknya di atas 90.
Namun demikian halaman yang saya uji tersebut memperoleh skor yang bagus.
Hasil Pengujian GTmetrix
Saya memilih Hong Kong, China sebagai lokasi server uji.
Alasannya lokasi tersebut adalah yang paling dekat dengan Indonesia jika dibandingkan dengan pilihan-pilihan lainnya pada GTmetrix versi gratis.
Pilihan lainnya misalnya Mumbai, India dan Sydney, Australia.
Hasil tes memperlihatkan skor A dengan rincian Performance 99%, Structure 94%, Largest Contentful Paint (LCP) 741 milidetik, Total Blocking Time (TBT) 18 milidetik, dan CLS 0.
Hasil yang bagus.
Hasil Pengujian WebPageTest
Saya memilih server uji di Jakarta.
Hasil pengujian WebPageTest memperlihatkan skor E untuk Security Score.
Tidak masalah, sebab website Google.com pun memperoleh skor D.
Sedangkan First Byte Time, Keep-alive Enabled, Compress Transfer, Compress Image, dan Cache Static Content kesemuanya memperoleh skor A.
Blog saya terdeteksi menggunakan CDN.
Waktu yang diperlukan untuk memunculkan halaman tersebut jika dibuka dari Jakarta adalah 2,913 detik, dibulatkan saja menjadi 3 detik.
Memang masih di atas target 2 detik, tetapi tidak akan terlalu dirasakan perbedaannya secara nyata, yakni saat orang membuka halaman tersebut.
Jika disimpulkan, bisa dibilang hasil pengujian pada paket PREMIUM plan ini menunjukkan hasil yang bisa dibilang baik.
Baiklah, saya sudahi tulisan yang mengulas perbedaan WordPress.com dan WordPress.org, kelebihan serta kekurangan masing-masing, pengalaman menggunakan WordPress.com paket BUSINESS, dan hasil pengujian WordPress.com paket PREMIUM.
Hi Pembaca yang baik hati, terima kasih telah mengunjungi diakhir.blog.
Di tahun 2012 silam saya memperoleh kesempatan kuliah di Hiroshima University, Jepang.
Di sana saya mendaftar program bundle telepon seluler (ponsel) dan paket internet SoftBank (salah satu perusahaan operator selular di Jepang).
Dengan mengikuti program itu saya bisa membawa pulang Apple iPhone 4s dengan sistem cicilan 2 tahun yang dibayar bersama tagihan internet setiap bulan.
Dengan iPhone 4s di tangan, kebutuhan saya untuk berkomunikasi dan mencari informasi terpenuhi.
Tagihan bulanannya pun aman-aman saja.
Semua tampak baik-baik saja.
Kecuali..
Saat saya pulang ke Indonesia setelah semester pertama berakhir!
Jadi begini, di masa-masa awal kuliah di Jepang saya merasa agak homesick, sehingga saya memutuskan pulang ke Indonesia ketika tiba masa liburan.
Singkat cerita, setibanya di bandara Soekarno-Hatta saya mengaktifkan ponsel dan takjub ternyata sinyal paket internet saya sampai ke Indonesia.
Saya pun mengirim foto suasana bandara untuk mengabari orang tua bahwa saya telah mendarat dengan selamat di Jakarta.
Setelah itu saya mematikan kembali ponsel tersebut.
Sebuah tindakan yang konsekuensinya baru akan saya sadari belakangan.
Ya, beberapa hari kemudian saya terkejut karena di dashboard akun SoftBank saya (yang saya cek dengan laptop, ponsel tidak pernah saya nyalakan lagi sejak mengirim foto) terlihat tagihan internet 55.000 yen, sekitar 6 juta rupiah!
Barulah saya menyadari semestinya saya tidak mengaktifkan mobile data ponsel saya selama berada di Indonesia meskipun hanya sebentar.
Meski hanya untuk mengirim satu atau dua foto.
Karena bisa terkena biaya data internasional yang melambung tinggi!
Mestinya ponsel saya selalu diset menjadi air plane mode.
Adakah Jalan Keluar?
Saya segera mengontak beberapa mahasiswa Indonesia yang lebih dulu kuliah di Jepang, mencari tahu apa ada yang pernah mengalami kejadian yang saya alami.
Ternyata ada!
Dari hasil penelusuran, saya menemukan ada 2 orang sesama mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di kampus yang sama dengan saya yang juga pernah terkena tagihan fantastis.
Yang pertama terkena tagihan 25.000 yen, sedangkan yang kedua 100.000 yen!
Masing-masing secara tidak sengaja atau tanpa pengetahuan sebelumnya mengaktifkan mobil data ketika berada di luar Jepang.
Akan tetapi karena berdasarkan data penggunaan terlihat bahwa tagihan tersebut baru pertama kali terjadi pada kedua orang tersebut dan besarnya yang sangat jauh dari biasanya maka tagihan tersebut diputihkan atau dihapus.
Maka saya disarankan untuk segera menghubungi SoftBank dan menceritakan masalah yang saya alami.
Saya pun segera menghubungi call center SoftBank dengan Skype.
Syukurlah yang menerima telepon saya bisa berbahasa Inggris, sebab meski kuliah di Jepang bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Inggris, bukan bahasa Jepang.
Dan masya Allah, inilah tanggapan pihak call center: lain waktu kalau ada masalah, saya bisa menelepon mereka pakai mobile data iPhone saya, tidak perlu pakai Skype (“jangan kuatir karena nomor call center kami bebas pulsa!”).
Setelah meminta waktu sebentar untuk mengecek tagihan saya, dia pun bilang bahwa benar tagihan saya sudah mencapai 55 ribu yen.
Yang terjadi kemudian sungguh melegakan hati, dia melanjutkan kata-katanya:
“Akan tetapi disebabkan anda belum mengetahui bahwa penggunaan mobile data untuk internet di iPhone anda saat anda berada di luar Jepang akan menghasilkan tagihan yang tinggi, maka kami akan menghapus tagihan tersebut.”
Alhamdulillah, tagihan 55 ribu yen itu dihapus!
Terima kasih SoftBank!
Penghapusan tersebut bukan dengan bentuk penghapusan tagihan saat itu juga.
Saya tetap harus membayar tagihan 55 ribu yen yang akan menjadi saldo di akun saya.
Selanjutnya tagihan bulanan yang akan datang akan dibayar dengan saldo tersebut sampai habis.
Dengan begitu selama beberapa bulan ke depan saya tidak perlu membayar tagihan bulanan karena pembayarannya akan diambil secara otomatis dari saldo yang saya miliki.
Masalah selesai, alhamdulillah.
Sejak saat itu saya mengingatkan teman-teman yang akan pulang ke Indonesia di libur semester agar memastikan mobile data ponsel mereka sudah dimatikan.
Jangan sampai terulang lagi kejadian semacam ini.
Saat itu saya dimaafkan, tapi kita tidak tahu apa di lain waktu juga akan dimaafkan, bukan?
Sebuah Pertanyaan
Kejadian tersebut menyisakan sebuah pertanyaan di benak saya:
jika memang sudah pernah ada yang mengalami kejadian seperti yang saya alami mengapa saya melakukan kesalahan yang sama karena tidak tahu?
Mestinya ada semacam sharing pengalaman, pengetahuan, dan informasi tentang seputar kehidupan mahasiswa di Hiroshima yang terdokumentasi dengan baik.
Harapan yang menurut saya tidak berlebihan, sebab saya melihat adanya potensi berbagi informasi dan sharing pengalaman, mengingat tersedianya kemudahan sarana komunikasi seperti Whatsapp, Facebook group, LINE, dan sebagainya.
Ditambah lagi dukungan jaringan internet yang jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Saya melihat berbagai kemudahan teknologi tersebut bisa dimanfaatkan secara lebih optimal.
Keinginan memanfaatkan potensi tersebut semakin menguat ketika saya melihat salah satu group FB yang saya menjadi anggotanya yang harusnya bisa diandalkan sebagai wadah silaturahim dan bertukar informasi malah di saat itu sedang diwarnai perdebatan yang menurut saya kurang dirasakan urgensi dan manfaatnya.
Kejadian nyaris kehilangan 6 juta rupiah tadi hanyalah satu dari sekian contoh kebutuhan informasi yang dibutuhkan secara nyata oleh mahasiswa Indonesia yang baru tiba di Jepang, misalnya:
Makanan apa saja yang halal dan di mana bisa membelinya?
Di mana klinik dokter gigi terdekat dan bagaimana cara mendaftarnya?
Bagaimana cara membayar asuransi kesehatan?
Bagaimana cara dan pengalaman mengirim barang ke Indonesia?
Di mana bisa kerja part-time (arubaito) dan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam memilih tempat bekerja part-time?
Dan lain-lain.
Membangun Blog Keluarga Muslim Indonesia di Hiroshima (KMIH)
Maka kemudian saya membangun sebuah blog beralamat di kmih.net, yaitu blog Keluarga Muslim Indonesia di Hiroshima (KMIH), salah satu komunitas yang saat itu saya menjadi pengurusnya.
Selama 2 tahun mengelola blog tersebut (2013-2014) saya menghasilkan puluhan tulisan yang kebanyakan merupakan reportase kegiatan keislaman di Hiroshima.
Sebagian besar isinya hanya tulisan pengantar lalu diberi foto-foto, tapi ada juga tulisan-tulisan yang lebih panjang yaitu resume kajian Islam.
Saat mencatat kajian-kajian tersebut saya hanya mengandalkan aplikasi Notes/Catatan di ponsel saya. Sekarang saya jadi heran dengan kecepatan jari saya mengetik di ponsel tersebut untuk mencatat selama berlangsungnya kajian.
Beberapa manfaat yang bisa dirasakan dari keberadaan blog tersebut antara lain:
1. Menjadi salah satu sumber informasi kegiatan keislaman di Hiroshima. Bahkan dimuat di website Hiroshima University.
2. Arsip yang bernilai kenangan bagi yang telah lulus kuliah dan kembali ke tanah air.
3. Sarana komunikasi, beberapa orang Indonesia mengirim pesan via halaman contact di blog tersebut, menanyakan beberapa hal seperti apakah di masjid Hiroshima ada lowongan imam masjid, apakah ada mahasiswa yang berkenan ditumpangi oleh seseorang yang akan menghadiri conference selama beberapa hari, dan lain-lain.
Saat itu ketika orang mengetik kata kunci “Islam di Jepang” di Google maka blog KMIH akan keluar di halaman pertama hasil pencarian.
Setelah Berpisah dengan Blog Kesayangan
Sekarang saya sudah tidak mengelola blog KMIH lagi, karena semenjak saya lulus kuliah dan pulang ke Indonesia blog tersebut sudah saya serahkan kepada pengurus KMIH selanjutnya.
Sayangnya saat saya membuat tulisan ini blog tersebut terlihat tidak tuntas, beberapa tautan/link mati!
Dan yang tidak kalah pentingnya: tidak menggunakan SSL (padahal cara mengaktifkannya sangat mudah) sehingga kalau saya kunjungi terkadang ada iklan yang menyusup.
Itu pun kalau blognya bisa dibuka, karena browser versi terbaru akan menghalangi kita untuk membuka website/blog yang tidak dipasang SSL.
Sebenarnya saya pernah menyampaikan masukan ke pengurus yang baru tetapi hingga saat saya membuat tulisan ini belum juga terlihat ada perbaikan.
Maka Saya Membuat Blog Ini
Apa yang saya jumpai ini mendorong saya untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan informasi di platform yang sepenuhnya bisa saya kelola sendiri, bukan lagi di blog komunitas/organisasi.
Jika ada satu saja orang yang terbantu dengan kehadiran blog ini, sudah menjadi hal yang sangat saya syukuri.
Namun jika tidak ada orang lain yang membaca blog ini, saya tetap memiliki satu pembaca setia yaitu diri saya sendiri baik di masa kini maupun diri saya di masa depan (insya Allah, jika saya masih hidup tentunya).
Dalam waktu dua tahun tersebut blog ini telah 2 kali berganti nama dan domain!
Dengan menggunakan nama DI AKHIR, saya ingin senantiasa mengingat bahwa apa pun yang terjadi di hari-hari ini, apa pun yang saya lakukan di hari-hari ini, kehidupan di dunia ini pasti akan berakhir.
Untuk Akhir yang Baik
Akhir yang seperti apa yang ingin dicapai dan apa yang sudah dilakukan untuk meraihnya?
Sebagai seorang muslim inilah akhir yang saya inginkan, akhir yang baik:
“Bagi orang-orang yang berbuat baik (ada pahala) yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Wajah-wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula diliputi) kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Qur’an Surat Yunus ayat 26)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengungkap bahwa yang dimaksud dengan “tambahannya” dalam ayat tersebut adalah anugerah memandang wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan itu merupakan kenikmatan tertinggi yang akan diperoleh setiap penghuni Surga.
Dalam hal ini telah diriwayatkan banyak hadits dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di antaranya diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Shuhaib Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah membaca ayat ini, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya.”
Kemudian beliau bersabda:
“Apabila penduduk Surga telah memasuki Surga, dan penduduk Neraka pun telah memasuki Neraka, maka ada penyeru yang menyeru: ‘Wahai penduduk Surga, sesungguhnya Allah memiliki janji kepada kalian yang hendak Dia laksanakan.’
Mereka bertanya: ‘Janji apa itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan kami, memutihkan wajah-wajah kami dan memasukkan kami ke dalam Surga serta menyelamatkan kami dari Neraka?’”
Beliau bersabda: “Lalu dibukakan untuk mereka penghalang/hijab, maka mereka pun memandang-Nya.
Demi Allah, tidak ada sesuatu dari karunia Allah yang lebih mereka cintai daripada dapat memandang wajah-Nya dan tidak ada yang lebih menyenangkan hati mereka darinya.”
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Ustaimin menguraikan tentang kenikmatan memandang wajah Allah:
“Jadi ia (memandang wajah Allah) adalah kenikmatan yang lain dari kenikmatan Surga, karena jenis kenikmatan Surga adalah kenikmatan badan berupa sungai, buah-buahan, pasangan-pasangan yang suci yang diikuti dengan kebahagiaan hati, akan tetapi melihat kepada Wajah Allah adalah kenikmatan hati.
Penduduk Surga tidak mendapatkan nikmat yang lebih baik dari itu. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang melihatnya.
Kenikmatan ini tidak tertandingi selama-lamanya, tidak oleh buah-buahan, tidak oleh sungai-sungai dan tidak pula oleh selainnya. Oleh karena itu Allah berfirman, “dan tambahan (wa ziyaadah)”, yakni tambahan di atas husna (Surga).”
Itulah akhir yang baik yang saya ingin raih.
Nah, demikian latar belakang mengapa saya menulis blog ini serta mengapa saya memberi nama DI AKHIR.
al-Utsaimin, S. M. (2014). Syarah Aqidah Wasithiyah: Buku Induk Akidah Islam (7 ed.). (T. D. Haq, Ed., & I. Karimi, Trans.) Jakarta: Darul Haq.
Tim Ahli Tafsir di Bawah Pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. (2015). Shahih Tafsir Ibnu Katsir (10 ed., Vol. 4). (A. A. Bashri, Ed., & A. I. al-Atsari, Trans.) Bogor: Pustaka Ibnu Katsir.
Featured Image: iStock.com / onurdongel (Standard License)